Mohon tunggu...
Iwan Novirion
Iwan Novirion Mohon Tunggu... Administrasi - Filatelis

idiot, dekil, trouble maker

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sarjana Ojek "Tunjukkan Merahmu"

7 Juli 2010   20:39 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:01 322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Layaknya iklan rokok di layar kaca tentang seorang tukang ojek yang ternyata sarjana hingga di olok-olok oleh rekan-rekannya sesama tukang ojek sebagai "Sarjana Ojek", membuat sarjana ojek tersebut berkecil hati. Apalagi ditambah dengan musibah yang menimpa saat ia mengantar salah seorang langganan ojeknya yang berbaik hati mengajaknya makan di sebuah rumah makan. Saat beranjak keluar dari rumah makan, tak disangka-sangka motornya telah raib digondol maling.

Namun disaat gundah hatinya malah menimbulkan ide guna menciptakan solusi bagi persoalan yang tengah ia hadapi. Berbekal ilmu pengetahuan yang telah dimilikinya terciptalah sebuah alat guna menangkal terjadinya pencurian kendaraan bermotor roda dua berupa Alarm Anti Maling. Hal tersebut menjadi peluang bisnis baginya dan mengubah jalan hidupnya yang semula seorang tukang ojek menjadi Produsen Alarm Anti Maling bagi kendaraan bermotor roda dua.... Yang ditutup dengan ending "Tunjukkan Merahmu"

Namun tulisan ini bukan untuk membahas iklan rokok, atau sarjana ojek, ataupun tentang maling kendaraan bermotor. Yang ingin dibahas pada saat ini adalah persoaalan yang menyangkut "Nyawa Manusia" HARGA MATI.

Tulisan ini ingin membahas persoalan ledakan gas akibat kebocoran tabung gas Elpiji yang melanda Indonesia dewasa ini. Pada dasarnya ledakan gas tersebut dipicu oleh sejumlah besar gas yang terkurung dalam suatu ruangan tertutup minim ventilasi, yang kemudian tersulut oleh api. Baik itu api dari kompor gas, loncatan listrik saat menghidupkan lampu ataupun mungkin dari api rokok. Padahal Pertamina sebagai produsen LNG (Liquid Natural Gas) telah memproduksi gas Elpiji tersebut dengan memberikan suatu bau-bauan yang khas dan menyengat pada gas tersebut hingga diharapkan jika terjadi kebocoran akan segera diketahui (tercium) oleh konsumen.

Namun kenyataan dilapangan ternyata hidung konsumen kurang peka terhadap bau-bauan gas yang bocor tersebut, hingga mengakibatkan saat terjadi kebocoran yang ditandai dengan bau yang menyengat menusuk hidung tersebut tidak disadari oleh konsumen yang mengakibatkan banyaknya terjadi ledakan gas akhir-akhir ini. Kemungkinan besar faktor ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan pengalaman pengguna (konsumen) baru dari gas Elpiji. Sehingga bau yang begitu menyengat dari kebocoran gas, karena kurangnya pengetahuan, dianggap bukan sesuatu yang membahayakan.

Untuk itu tentu saja perlu solusi baru dari hanya sekedar memberikan bau-bauan pada gas Elpiji yang pada kenyataannya walau sudah diberi wewangian oleh Pertamina namun kurang ditanggapi oleh ibu-ibu pengguna kompor gas (mungkin kalo wewangian dari merk parfum terkenal akan lebih ampuh... hehe). Jawabannya cukup simpel, sebuah alat pendeteksi kebocoran gas.

Bisa seperti alarm anti maling pada kendaraan bermotor yang bunyinya memekakkan telinga ataupun yang lainnya. Yang terpenting alat tersebut dapat efektif bekerja memberitahukan terjadi kebocoran gas elpiji, dan tentu saja murah meriah. (me-iwan)

Ayooo Sarjana Ojek....!!! Tunjukkan Merahmu !

Salam Kompasiana.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun