Mohon tunggu...
metta vidya
metta vidya Mohon Tunggu... -

hanya ingin berbagi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Nilai yang Terlupakan (Menanggapi Berbagai Guyonan dan Komentar Tentang Mbah Maridjan)

28 Oktober 2010   14:04 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:01 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah berita tentang meninggalnya Mbah Maridjan di konfirmasi, banyak teman2 yang membuat "joke" dan komentar2 lain tentang beliau. Mulai dari menganggap beliau menghambat evakuasi, beliau lupa minum minuman penambah energi yang diiklankan olehnya sehingga lupa mantranya, dikasihani karena dianggap mempercayai sesuatu yang mungkin tidak rasional untuk sebagian orang, sampai di buatnya lowongan untuk juru kunci merapi.

Dari sudut pandang saya, beliau orang hebat yang menjaga amanah yang dipercayakan padanya sampai akhir. Beliau tidak pernah menghambat evakuasi, bahkan meminta agar warga sekitar merapi mengungsi ke barak2 yang sudah disediakan. Beliau tidak pernah meminta ada orang yang menemaninya saat bertahan di lereng merapi. Bila ada orang-orang yang pada akhirnya turut meninggal, apakah itu berarti kesalahan beliau? Tetapi bukan ini yang menjadi inti dari tulisan ini.

Pilihan beliau untuk tetap di lereng merapi dan akhirnya tewas mungkin tidak masuk akal untuk sebagian orang, tetapi apakah kita semua lupa bahwa manusia bukan robot, bahwa kita semua punya nilai-nilai yang kita pegang untuk diri kita masing-masing dan terkadang keputusan yang kita ambil berlawanan dengan rasionalitas yang ada. Tetapi bukankah itu semua ada di diri kita? Manusia itu makhluk yang emosional, berbagai faktor psikologis mempengaruhinya. Mungkin bagi Mbah Maridjan, amanah yang dia pegang itu lebih nilainya dibanding nyawanya. Beliau tidak berusaha untuk menjadi pahlawan atau tokoh yang kontroversial tapi mungkin itulah pengabdian hidupnya.

Bagi yang menganggap warga di lereng merapi juga bertindak tidak masuk akal karena mereka di awal menolak untuk mengungsi, cobalah memahami bahwa lereng merapi itulah dimana kehidupan mereka, mereka lahir dan besar di sana. mereka hidup salah satunya dari ternak yang mereka miliki, bila mereka harus mengungsi walau hanya sementara, siapa yang akan memberi makan ternak2 itu? Bagaimana kalau ada orang jahat yang memanfaatkan saat rumah mereka kosong? Mungkin itu bodoh dan terlihat melekat, tapi itu manusiawi. Coba letakkan diri kalian di posisi mereka.

Ada yang berkomentar "ngungsi aja to sebentar, ntar juga balik lagi". Apakah semudah itu? Apakah mudah untuk meminta orang pindah dari tempat dimana dia berakar? Apakah mudah memindahkan nelayan dari pantai ke daratan seperti saran dari ketua DPR kita? Memaksa mereka pindah tidak akan mudah. Pemaksaan tidak akan berguna karena manusia bukan mesin yang akan bergerak sesuai perintah begitu saja.

Negara kita ini kaya akan nilai-nilai yang beragam, mungkin yang terbanyak di dunia. Bukankah kita seharusnya jadi orang yang lebih paham bagaimana menghargai nilai-nilai orang lain? Memahami tidak berarti mengikuti ataupun menyetujui, tetapi mengerti mengapa mereka berbuat seperti itu. Mungkin nilai-nilai tersebut tidak sesuai dengan kita, tapi bukan berarti harus dicerca. Berusaha berbuat atau mengatakan sesuatu tanpa memahami nilai-nilai yang mendasari tidak akan berguna, hanya akan menyakiti.

Bagi yang mengeluarkan opini, pendapat, atau apapun itu, coba renungkan, apakah kalian mahluk yang sama sekali tidak memiliki nilai-nilai pada diri kalian? Apakah semua keputusan kalian selalu rasional tanpa adanya nilai-nilai tersebut? Nilai agama, budaya, moral, atau nilai apapun memang tidak selalu sejalan dengan rasio.

Kita semua outsider disini karena kita tidak ada di lokasi bencana dan menjadi orang yang terlibat disana, tetapi cobalah pahami menggunakan sudut pandang orang lain, nilai-nilai yang mereka miliki, apa yang mereka perjuangkan, mungkin kita akan lebih bijak dalam memilih kata-kata dan bertindak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun