Mohon tunggu...
M. Dzulfahmi Yahya
M. Dzulfahmi Yahya Mohon Tunggu... profesional -

Hijauku.com Co Founder. Suka bersepeda, futsal, film dan musik.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Keadilan Sosial adalah Keadilan Lingkungan

21 Februari 2012   07:51 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:23 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dunia mampu mengatasi masalah kemiskinan global tanpa harus mengorbankan sumber daya alam. Yang diperlukan adalah sistem pembangunan yang berkeadilan sosial. Kesimpulan pertama muncul dalam laporan terbaru Oxfam berjudul A safe and just space for humanity. Laporan ini menemukan fakta yang mengejutkan. Dunia bisa mengatasi masalah kemiskinan tanpa harus mengorbankan sumber daya alam. Upaya menyediakan makanan bagi 13% penduduk dunia yang kelaparan misalnya, menurut Oxfam hanya memerlukan 1% pasokan pangan dunia. Untuk memenuhi kebutuhan 19% populasi dunia yang saat ini kekurangan energi bisa dicapai hanya dengan peningkatan emisi CO2 yang kurang dari 1%. Sementara untuk mengentaskan masyarakat dari jurang kemiskinan, diperlukan hanya 0,2% dari seluruh pendapatan global. Kategori masyarakat miskin adalah mereka yang hidup dengan uang kurang dari US$1,25 per hari. Jumlah mereka kini mencapai 21% dari populasi dunia. Menurut Oxfam, sumber tekanan terbesar bagi kelestarian alam adalah konsumsi yang berlebihan dari orang-orang terkaya dunia yang jumlahnya hanya 10% dari populasi global. Dunia kini melayani mereka dengan memroduksi jasa dan produk yang mereka butuhkan. Bahkan 50% emisi karbon global hanya dihasilkan oleh 11% penduduk dunia. Sementara 57% pendapatan dunia dikuasai oleh 10% penduduk terkaya. Sebanyak 33% nitrogen yang dihasilkan di alam, dipakai untuk memroduksi daging bagi penduduk Uni Eropa yang jumlahnya hanya 7% populasi dunia. Tekanan terhadap kelestarian alam juga datang dari kelas menengah yang jumlahnya kini terus bertumbuh. Mereka menurut Oxfam cenderung ingin meniru gaya hidup orang-orang terkaya . Pada tahun 2030, permintaan global atas air diperkirakan meningkat sebesar 30% dan permintaan pangan dan energi naik masing-masing 50%. Ketidakefesienan penggunaan sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan manusia – dalam bentuk makanan yang tersisa, air yang terbuang, dan penggunaan alat transportasi yang boros BBM – menambah tekanan terhadap sumber daya alam. Untuk itu, dunia harus beralih ke sistem yang aman dan adil bagi kemanusiaan dengan cara menghapuskan kemiskinan dan membawa manusia ke jenjang kesejahteraan. Dengan cara ini kita akan bisa mengurangi tekanan atas sumber daya alam dan mengembalikan tekanan tersebut dalam batas-batas yang normal. Konsep ini sejalan dengan seruan Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki-moon dalam rangka memeringati Hari Keadilan Sosial yang jatuh kemarin (Senin, 20 Februari). Ban meminta kita semua untuk bergerak melawan ketidakadilan, korupsi, represi, dan kekurangan lapangan kerja. Sekjen PBB menuntut sebuah sistem pembangunan ekonomi yang berkeadilan sosial. “Angin perubahan kini muncul di seluruh penjuru dunia dan landasan dari semua gerakan massa ini adalah tuntutan pada keadilan sosial,” ujarnya. Menurut Ban, konferensi PBB dengan tema pembangunan yang berkelanjutan (Rio+20), yang akan dilangsungkan di Rio de Janeiro bulan Juni nanti menawarkan kesempatan pada pemerintah dan pembuat kebijakan untuk memikirkan kembali strategi pembangunan dan praktik bisnis mereka sehingga bisa menciptakan masa depan yang berkelanjutan dan berkeadilan sosial. Redaksi Hijauku.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun