Mohon tunggu...
M. Dzulfahmi Yahya
M. Dzulfahmi Yahya Mohon Tunggu... profesional -

Hijauku.com Co Founder. Suka bersepeda, futsal, film dan musik.

Selanjutnya

Tutup

Nature

Perubahan Iklim Mengancam Kota-kota Besar Dunia

4 April 2012   10:37 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:03 396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebanyak 79% pemerintah kota di dunia yakin perubahan iklim secara langsung maupun tidak langsung mengancam eksistensi pelaku bisnis lokal. Demikian kesimpulan laporan Carbon Disclosure Project (CDP) yang ditulis oleh KPMG, yang meneliti cara kota-kota besar menangani perubahan iklim. Laporan ini dihimpun dari laporan yang dikirim oleh 58 kota besar dunia yang masuk dalam grup C40 Cities Climate Leadership Group (C40). Kota-kota ini mewakili 8% dari populasi dunia. Laporan ini dirilis pada akhir Mei lalu bersamaan dengan pertemuan pemimpin kota-kota besar dunia yang tergabung dalam C40 di São Paulo, Brazil. Lebih dari 70 wakil dari kota-kota besar dunia hadir dalam pertemuan itu. Sebanyak dua pertiga kota (72%) yang tergabung dalam CDP melaporkan tingkat polusi dan risiko perubahan iklim. “Kota-kota besar dunia berada di garis depan upaya mengatasi perubahan iklim,” ujar Walikota New York City dan ketua C40, Michael  Bloomberg. “Hasil penelitian ini merupakan terobosan penting yang memungkinkan kota menciptakan kebijakan yang sesuai untuk mengatasi dampak perubahan iklim terhadap lingkungan, ekonomi dan penduduknya.” Rencana dan aksi mengatasi perubahan iklim Sebanyak 62% kota yang mengirimkan laporan ke CDP telah memiliki rencana riil untuk mengatasi perubahan iklim dan 57% di antaranya memiliki target pengurangan polusi gas rumah kaca. Para walikota di kota-kota tersebut juga menyusun inisiatif yang akan mempercepat perkembangan industri-industri ramah lingkungan (green industries), menciptakan lapangan kerja baru yang terkait dengan lingkungan dan mengurangi risiko kerusakan fisik akibat perubahan iklim. Semua inisiatif itu akan meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Sistem transportasi, bangunan di perkotaan, isu penghematan energi dan energi terbarukan, ruang hijau serta  sampah menjadi isu utama dalam perencanaan kota seperti terlihat dari beberapa inisiatif berikut ini: - Kota Seoul di Korea Selatan berencana merevitalisasi 10,000 bangunan hingga 2030. - Kota Austin, Texas memiliki program bebas sampah yang ditargetkan  selesai pada 2040. - Kota London berencana menggunakan 100,000 kendaraan listrik sebelum 2020. - Kota Buenos Aires di Argentina berencana membangun jalur khusus bus dan taksi untuk meningkatkan efisiensi pemakaian BBM. - Kota Tokyo mensyaratkan standar efisiensi energi yang lebih ketat untuk proyek pembangunan kota skala besar. - Dan kota São Paulo, Brasil, berencana mengurangi pemakaian bahan bakar fosil di transportasi publik sebesar 10% setiap tahun dan beralih menggunakan 100% energi terbarukan pada 2017. Pada saat yang sama, semakin banyak kota-kota di dunia (26%) yang memberikan insentif – berupa penghargaan dan hadiah – kepada individu atau organisasi yang berhasil mengurangi polusi gas rumah kaca. Rio de Janeiro, contohnya, memberikan hadiah berupa uang tunai bagi para pegawai yang berhasil meraih target pengurangan emisi karbon. Risiko-risiko perubahan iklim Hampir semua kota-kota besar di dunia (93%) mengakui ancaman nyata dari perubahan iklim. Sebanyak 43% menyatakan mereka sudah mulai menangani masalah-masalah terkait perubahan iklim. Peningkatan suhu udara, intensitas gelombang panas, curah hujan, badai dan banjir yang semakin parah serta naiknya permukaan air laut adalah masalah nyata yang dihadapi kota-kota besar di dunia akibat perubahan iklim. Semua faktor di atas membawa efek serius terhadap bangunan, infrastruktur, pasokan air dan energi serta kesehatan manusia seperti terlihat dalam fakta-fakta berikut ini: - Banjir besar yang menghantam Jakarta pada tahun 2007 menyebabkan 200,000 orang mengungsi dan kerugian sebesar US$879 juta. - Di Rio de Janeiro, curah hujan yang tinggi pada 2010 menyebabkan banjir merusak infrastruktur dan sistem transportasi, komunikasi serta sistem pengeloaan sampah, menyebarkan berbagai macam penyakit di wilayah yang terkena bencana. - Kota New Orleans sampai saat ini masih berjuang untuk pulih dari bencana Badai Katrina. Kota ini akan kehilangan sebagian besar daratannya karena kenaikan permukaan air laut jika pemanasan global tidak dicegah. Beberapa penemuan penting lain dalam laporan perdana CDP adalah: - Tingkat polusi karbon dioksida di kota-kota yang tergabung dalam C40 mencapai 1.2 miliar metric ton – sama dengan tingkat polusi yang dihasilkan Jepang. - Kota-kota besar dunia bersaing dengan perusahaan-perusahaan besar (the Global 500) untuk mengukur dan melaporkan tingkat pencemaran gas rumah kaca. Sebanyak dua pertiga kota-kota yang tergabung dalam C40 telah melakukannya. - Kota-kota besar dunia butuh perencanaan keuangan yang matang untuk menjaga masa depannya. Namun hanya enam kota yang telah memiliki rencana investasi keuangan demi meraih target pengurangan emisi di lingkungan mereka. -Sebanyak 69% kota-kota besar dunia telah memperhitungkan efek perubahan cuaca dan pemanasan global dalam tata kota dan rencana pembangunannya. - Kota-kota besar di dunia masih belum bisa mengambil peluang dari perubahan cuaca untuk membuat perubahan dan masih terpaku pada risikonya, dengan lebih dari separuh dari kota-kota itu menyatakan, mereka masih berharap ada dampak positif dari perubahan cuaca. - Metodologi standar untuk mengukur tingkat polusi di perkotaan lebih bermanfaat dibandingkan metodologi baru yang kompleks, metode baru sulit diperbandingkan. Peluncuran “CDP Cities” Bersamaan dengan keluarnya laporan perdana CDP, CDP juga meluncurkan proyek pelaporan karbon yang dijuluki “CDP Cities”. Platform ini diadopsi dari metode peloporan emisi karbon dan isu-isu lingkungan lain untuk perusahaan yang telah berhasil dikembangkan oleh CDP. Namun C40 menyatakan mereka akan tetap bekerja sama dengan ICLEI (Asosiasi Pemerintah Lokal untuk Isu Lingkungan) untuk menciptakan standar global pengukuran dan pelaporan emisi karbon pada skala komunitas. Redaksi Hijauku.com

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun