Mohon tunggu...
Ni Made Sinta Sri Dewi
Ni Made Sinta Sri Dewi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

-

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Makna Pagerwesi, Filosofis Simbol Keteguhan Iman dalam Bentuk Sembah Bakti Kehadapan Sang Hyang Pramesti Guru

27 November 2022   08:19 Diperbarui: 27 November 2022   08:21 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Hari suci umat Hindu yang jatuh setiap empat hari setelah hari raya Saraswati disebut dengan hari raya Pagerwesi. Pagerwesi merupakan hari yang baik untuk mendekatkan atman kepada brahman sebagai guru sejati dan berkaitan dengan ilmu pengetahuan. 

Hari raya Pagerwesi diperingati setiap Rabu Kliwon wuku Sinta dan bermakna sebagai filosofis keteguhan iman untuk memuliakan Sang Hyang Widhi Wasa dengan manifestasinya sebagai Sang Hyang Pramesti Guru atau Tuhan sebagai guru alam semesta. Secara upakara, perayaan hari raya Pagerwesi dilaksanakan dengan persembahyangan di pura, rumah dan merajan masing-masing. Persembahyangan hari raya Pagerwesi dilaksanakan pada pagi hingga siang hari. 

Terdapat empat guru (catur guru) yang harus dihormati, diantaranya: 

1. Guru rupaka (orang tua)

2. Guru pengajian (guru di sekolah)

3. Guru wisesa (pemerintah)

4. Guru swadyaya (Sang Hyang Widhi Wasa)

Pada hari raya Pagerwesi, pelaksanaan upacara ini diawali dengan melakukan persembahyangan di merajan, menghaturkan persembahan, kemudian ke pura di area desa dan ke pura yang menjadi pura keluarga. Pelaksanaan persembahyangan hari raya Pagerwesi itu dilakukan serupa, ada beberapa daerah yang melakukan perayaan dengan cara yang lain. 

Peringatan hari raya Saraswati berkaitan erat dengan upacara hari raya Pagerwesi, yang dimana itu merupakan perayaan datangnya ilmu pengetahuan. Setelah diturunkan, ilmu pengetahuan ini kemudian digunakan dengan baik agar dapat memudahkan serta membantu kehidupan manusia. Pagerwesi sejatinya merupakan pengingat bahwa manusia yang hidup di dunia harus memiliki pemanfaatan ilmu pengetahuan di jalan kebaikan. Tanpa pengetahuan, umat manusia akan kembali pada zaman kegelapan yang dimana semua hal-hal yang dilakukan terasa sangat berat dan sulit. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun