Mohon tunggu...
Maulana Danny Ramadhan
Maulana Danny Ramadhan Mohon Tunggu... Freelancer - laki-laki

selalu berupaya untuk berpikir positif

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Lepaskan Hubungan yang Sudah Tidak Bernilai Ibadah

29 April 2019   05:05 Diperbarui: 29 April 2019   05:09 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Sahabatku yang budiman
 Banyak pasangan rela tetap menjalani ikatan yang mereka tahu sudah tak membahagiakan. Bukan tidak mungkin kalau kamu salah satunya. Kamu dan pasanganmu suka saling merendahkan, saling berkata kasar, saling memendam kekesalan, bahkan mungkin sudah ada perselingkuhan yang dilakukan salah satu atau bersama-sama . Namun, hubungan yang sudah demikian tidak membuat kalian mengucap kata "Cerai". Alasan kalian, "masih sayang, demi anak-anak,"

 Ya, Kalian memang pernah sama-sama berusaha mempertahankan hubungan yang bahagia. Memaafkan kesalahan, memaklumi setiap kekurangan, hingga meredam amarah demi tidak saling menyakiti. Namun ketika usahamu perlahan tidak lagi sekeras dulu karena lelah atau bosan, ketika sakit hatimu sudah tak mampu lagi kau tahan karena perselingkuhan yang terus terjadi, ketika kesabaranmujustru semakin diabaikan, maka sah-sah saja jika kau mengambil keputusan untuk melepaskan pasanganmu.

 Mengucapkan kata "Cerai" tidak lantas menjadikanmu bersalah. Kamu bukan si tokoh jahat yang serba tega atau tidak punya perasaan. Toh memaksa bertahan dalam hubungan yang sebenarnya sudah tidak diinginkan justru jauh lebih kejam. Bahkan, berpura-pura berjuang mempertahankan hubungan sama halnya menyakiti dirimu sendiri.

 Jika kau memilih tetap bersama apakah kau yakin akan menjadikan keadaan lebih baik.? Atau apakah kamu takut menyesal ketika sudah sendirian?, Atau apakah kamu berfikir bahwa mempertahankan hubungan adalah untuk kebaikan anak-anak? padahal sesal pun bisa juga datang justru pada saat kamu memilih bertahan dan padahal anak-anak tidak akan mau melihat orang tuanya terus menerus bertengkar dan anak-anak akan mencontoh kelakuan yang tidak baik dari orang tuanya.

 Beranilah mengambil keputusan, beranilah memilih untuk "Bercerai", ketika hari-harimu bersamanya sudah tak lagi bahagia, ketika hubunganmu dengan pasanganmu sudah tak lagi bernilai ibadah

 Memang, perubahan status dari punya pasangan menjadi single bisa jadi membuatmu banyak-banyak berpikir dan menyesal. Ada kalanya kamu menjadi sering mengingat masa lalu dan membandingkannya dengan masa sekarang. Kenangan-kenangan indah saat bersamnya akan terus bergelayut dalam ingatanmu, Kebaikannya mengiris-iris hatimu. Kenangan-kenangan itu akan dengan hebat mengobrak-abrik perasaanmu. Hingga Kamu lupa saat-saat sulit dan kesedihan yang kamu rasakan ketika memilih untuk bercerai darinya.

 Ketahuilah, justru di saat seperti ini, kamu justru tidak pantas untuk menyesal. Ingat, kamu tidak sedang mengkhianati pasanganmu. Kamu hanya memilih keluar dari hubungan yang membuatmu lebih sering menangis daripada bahagia. Kamu hanya ingin terlepas dari sebuah hubungan yang tidak lagi bernilai ibadah dan membawa kebaikan

 Tidak seorang pun setuju bahwa kata "Cerai" itu sederhana. Namun, ketika perceraian adalah pilihan terbaik diantara yang terburuk, agar kamu bisa keluar dari sebuah ikatan yang salah, dan agar kamu bisa kembali untuk memperbaiki dirimu menjadi lebih baik, agar kamu bisa kembali meraih kebahagiaan maka satu-satunya yang bisa dilakukan adalah menguatkan dirimu sendiri dan yakin bahwa kamu kuat dan mampu untuk hidup lebih baik sesudahnya.

 By. MD. Ramadhan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun