Mohon tunggu...
Ahmad Akmal
Ahmad Akmal Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelajar

Saya adalah seorang tukang halu yang memiliki hobi menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Hadirmu (Pesan Tak Tersampaikan #2)

28 Juni 2023   04:18 Diperbarui: 28 Juni 2023   18:44 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

28.06.23

Seiring berjalannya cerita, rentetan peristiwa tercipta. Sedikit-banyak pelajaran dapat aku pelajari selama perjalananku mencari-cari. Tak jarang tersesat, seringnya hilang arah. Kemudian dapat kembali-ku temui jalan keluar, oleh bantuan tangan-tangan baik.

Aku pikir hariku telah usai kala aku menutup kedua mata. Entah darimana, bak seorang malaikat, kamu hadir dengan kepakan kedua sayapmu. Datang dengan silau bak titisan rembulan, tersenyum seolah berbisik semua akan baik saja. Jemari-jemari anggunmu menariku keluar, mengajak aku pergi berkelana. Sejak hari ini aku tahu, kamu, sang pembawa cinta.

Salah satu hal yang membuat hidup menyenangkan adalah disaat ada tanda tanya di dalamnya. Kubiarkan diriku kau bawa pergi entah kemana. Melayang-layang sebebas jiwa tanpa ada rasa ingin pulang. Bergelantungan di bawah kaki-kaki awan. Meski heran, aku tidak lagi dapat mengeluh. Sosok sepertimu berhasil membuatku yakin semua baik saja. 

Kupikir, seperti inilah rasanya sepenuhnya terjatuh. Terjun bebas tanpa ada satupun pengaman. Melompat jauh tanpa ada rasa takut akan terhantam daratan. Sebab aku yakin, jauh di permukaan sana, kamu akan siap menangkap kapanpun aku datang. Kamu selalu seperti itu, kan? Meyakinkanku bahwa hari kemarin bukanlah suatu masalah besar. Menegarkanku lantas berkata, "hari ini, tidak lagi perlu kamu takuti." Menggenggamku kala aku ragu pada hari esok. 

Lalu aku kembali tersesat. Terbenam dalam imajinasi yang aku ciptakan sendiri. Sebuah dunia fana yang hanya berisi kita berdua. Aku-kamu merangkai cerita. Kamu, mulai hari kemarin, menjelma pemeran utama. Sosok yang tidak pernah luput dari kepala. Aku-sejak menatap kedua matamu-adalah raja. Lalu kita bergandengan tangan bersama. Menatap senja di ujung pelupuk barat. Melambaikan tangan pada sang surya seolah tidak lagi ada hari esok. 

Beberapa menit kemudian kita kembali melambaikan tangan. Gemerlap sinarnya menyinari gulita. Kita bertegur sapa dengan sang Bulan dan Bintang. Hari kita berganti seiring waktu berjalan, meski kita menetap. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun