Mohon tunggu...
Meidion Anur Putra
Meidion Anur Putra Mohon Tunggu... Jurnalis - Reporting diverse stories

Melaporkan berbagai ragam berita, dengan satu tahun pengalaman di ruang redaksi. Bekerja dengan praktis dan disruptif untuk menemukan fakta dan nilai berita di adiwarna karya jurnalistik

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Dampak Hypertext pada Jurnalisme Online

1 April 2017   04:16 Diperbarui: 1 April 2017   04:27 575
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Media sosial juga tidak dapat dipisahkan dengan jurnalisme online. Fitur hypertextjuga merambah pada jejaring sosial tersebut untuk menambah angka pembaca. Jumlah pengguna media sosial yang tinggi menjadikan banyak perusahaan media menggunakan hypertext untuk masuk ke dalam portal berita mereka. Hal ini sebagai refleksi bahwa masyarakat modern sekarang adalah masyarakat yang haus akan informasi untuk keberlangsungan hidup mereka.

Hypertext sebagai hypermediacymerupakan manajemen informasi yang non-linear dari paradigma jaringan. Pada akhir 90-an, hypermediacymenjadi salah satu teori penting dalam new media (Lister, 2003 hal 29). Hypermediacy merupakan serangkaian aksi representatif dan membuat hal tersebut terlihat. Hypermediacy menawarkan ruang yang lebih heterogen dan sebagai jendela yang terbuka pada media lain atau bentuk representatif lain. Hypermediacy mengolah data menjadi suatu meditasi bagi pengalaman indera manusia (Bolter dan Grusin dalam Lister)

Hypertext yang ideal bertentangan dengan politisasi ekonomi suatu perusahaan media. Jika pembaca berpindah ke portal berita lain maka artinya jumlah pengakses menurun dan membuat portal tersebut kehilangan pamor. Suatu perusahaan media tidak akan beroperasi jika tidak memiliki pembaca. Kemampuan untuk mendapatkan uang dalam jurnalisme online tergantung dari bagaimana portal tersebut mengadakannya. Untuk perusahaan media biasanya pembaca membeli akses mereka. Namun menurut sistem liberal pluralis sistem pembaca yang banyak sehingga pengiklan membiayai perusahaan media merupakan cara paling signifikan untuk pembiayaan perusahaan media (Jones dan Salter, 2012 hal 19).

Konsekuensi dari hal itu adalah media dependen secara struktural pada pengiklan, sebanyak bagaimana iklan tersebut mengontrol konten yang ada pada media, dan sensor pada hal yang tidak mereka inginkan di media yang mereka biayai (Craig, 2004). Begitu pula dengan fungsi hypertext yang mana membuat pembaca berpindah ke portal berita lain tidak lah sejalan dengan media yang mendapatkan uang melalui iklan. Namun tidak jauh berbeda juga dengan media yang dibeli aksesnya oleh pembaca. Nytimes.com merupakan salah satu portal berita dimana pembaca harus membeli terlebih dahulu untuk dapat mengakses portal berita mereka. Namun mereka juga tidak menyediakan fitur hypertextpada halamannya untuk berpindah ke portal lain. Maka dapat disimpulkan bahwa independensi dan hypertex ttidak lah berjalan beriringan. Jaringan internet yang mampu merubah hal tersebut dimana masyarakat mampu lebih demokratis dalam memilah bacaan mereka.

Masyarakat yang cerdas dan hidup dalam negara demokrasi seperti Indonesia, memiliki kesempatan lebih untuk mendapatkan akses informasi yang kredibel dan beragam. Kita sedang berada di tengah arus globalisasi yang tak berhenti bergerak maju dalam inovasi. Jurnalisme online merupakan salah satu inovasi tersebut dengan macam dampak yang diciptakan. Dampak tersebut ada yang positif dan negatif. Sebagai masyarakat yang hidup di negara demokrasi, kita perlu berpikir kritis dalam megnolah informasi yang diterima. Perusahaan media mungkin memiliki agendanya sendiri dalam melakukan produksi berita, namun kita perlu cerdas memilah agar terciptanya pemerintahan yang baik. Media sebagai salah satu pilar demokrasi di Indonesia belum mencapai bentuk idealnya. Masyarakat lah yang mampu menununtun mereka untuk menjadi lebih baik lagi dalam menjadikan media yang berorientasi pada publik. Keberagaman konten, transparansi, kredibilitas, verifikasi yang tidak pernah berhenti merupakan syarat-syarat sebuah media menjadi ideal bagi kehidupan demokrasi.  Jurnalisme online sudah selangkah lebih dekat dengan hal tersebut. Membuat materi informasi menjadi suatu jaringan yang bertautan satu sama lain memberikan ruang publik yang luas dan bebas bagi masyarakat untuk mendapatkan kemajuan intelektual mereka. Sumber daya manusia adalah hal terpenting dari suatu negara menjadi maju dan sejahtera. Pendidikan dan jurnalisme bisa menjadi salah satu alternatif bagi negara ini kian unggul dari negara lain. Jika kita melihat feedback yang terdapat di media sosial memang masyarakat kita belum bisa dikatakan mampu berpikir kritis akan hal ini. Masih terlalu banyak sifat kebencian yang ditularkan melalui dampak negatif dari kebebasan berlebih tersebut. Kebebasan dan pendidikan harus berjalan beriringan agar masyarakat yang kritis dan negara yang sejahtera tercapai. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun