Mohon tunggu...
Meidion Anur Putra
Meidion Anur Putra Mohon Tunggu... Jurnalis - Reporting diverse stories

Melaporkan berbagai ragam berita, dengan satu tahun pengalaman di ruang redaksi. Bekerja dengan praktis dan disruptif untuk menemukan fakta dan nilai berita di adiwarna karya jurnalistik

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Jurnalisme dan Dinamika Masyarakat

25 Maret 2017   21:51 Diperbarui: 26 Maret 2017   06:00 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jurnalisme tentunya memiliki banyak fungsi. Namun dalam tulisan ini saya menyoroti soal dinamika masyarakat yg kemudian melahirkan keberagaman.

Dalam bedah buku berjudul, "Jurnalisme Keberagaman" yang ditulis oleh Usman Kansong, acara tersebut menghadirkan beberap panelis dalam bidang akademis, lembaga sosial serta kepala biro dari media Tempo. 

Menurut Usman jurnalisme keberagaman lingkupnya lebih besar dari jurnalisme damai. Jurnalisme tersebut mengedepankan keberagaman atas keinginan tiap individu, menjunjung tinggi HAM serta membela yang lemah, yang tidak selalunya dari kaum minoritas saja. Yang terakhir adalah isu LGBT yang masih menjadi perdebatan saat ini. 

Selain sebagai pilar keempat dari negara demokrasi, menurut Usman jurnalisme keberagaman memiliki fungsi untuk konsolidasi demokrasi. Perbedaan pada tiap individu harus kita hormati dan hargai. Ada garis tipis yg menengahi antara keberagaman dan konflik di dunia ini. 

Panelis yang dihadirkan juga mengomentari bentuk jurnalisme yang terdapat di buku ini. Menurut Agustina selaku kepala biro media Tempo di Semarang, ide yang terdapat pada buku ini sangat tepat untuk fenomena yang terjadi di dunia pers saat ini. Beliau mengatakan bahwa data dari Dewan Pers 95% menggunakan media sosial. Hal ini membuat wartawan kurang independen terhadap masalah yg tidak ada di permukaan. Wartawan menjadi kurang sensitif terhadap isu isu lain kecuali fenomena yang sedang trend pada media sosial. Keadaan seperti itu membuat media kehilangan fungsi seharusnya dimana mereka mampu melihat berbagai macam isu dan angle agar berita yang dibuat lebih berkualitas. Beliau juga mengeluhkan jika wartawan hanya menggunakan media sosial sebagai acuan dalam proses newsgathering mereka, maka siklus dari pembuatan berita tersebut hanya mengandalkan feedback dari netizen. Sedangkan bagi jutaan penduduk lain yang tidak memiliki akses terhadap internet atau media sosial tidak mampu menyampaikan fenomena atau masalah yang mereka hadapi. 

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun