Mohon tunggu...
Maria Dini Gilang Prathivi
Maria Dini Gilang Prathivi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

a grenade :D

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Serangan Fajar: Old School? Provocative? Nope! For Me, It Such A Reinforcement

5 Juli 2014   15:15 Diperbarui: 18 Juni 2015   07:23 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemilu semakin dekat. Ungkapan ini pun semakin sering terdengar: Serangan Fajar.

Beberapa teman sempat mengirimkan pesan di twitter, facebook, line, dan semua jenis sosial media lainnya dan menyarankan untuk "waspada" dengan adanya segala kemungkinan Serangan Fajar yang akan terjadi. Sebegini menakutkannyakah jenis Serangan Fajar ini?

Serangan Fajar adalah salah satu dari sekian jenis banyak cara yang bisa dilakukan calon kandidat dalam, setiap pemilihan untuk memenangkan kubu yang dibawakannya dan akhirnya demi menduduki kursi pimpinan. Politik bagi-bagi uang, begitu istilah gampangannya. Membeli suara, jika ini yang lebih familiar untuk anda. Tindakan yang menyalahi aturan ini sudah sering dilakukan kok di banyak pemilu, pilkada, maupun pada saat pemilihan calon legislatif. Jenis serangan semacam ini biasa dilakukan tiga - satu hari menjelang pencoblosan. Semakin banyak uang yang dibagikan, semakin banyak kemungkinan satu kandidat untuk memenangkan pertandingan.

Menyoal Pemilu sekarang, menyoal Indonesia masa depan. Hanya ada dua calon kandidat, back to back, yang sudah sedari beberapa waktu yang lalu melakukan kampanye yang masif, berlomba menunjukkan keunggulan masing-masing, berpacu meraup massa, menghasilkan keriuhan di jalan, sampai ke media sosial, menyulut berbagi ide, dan pemikiran. Bagi saya sih ini INDAH. Betapa demokrasi yang kita dambakan selama ini sudah nyata di Indonesia. Semua bisa berbicara, mengemukakan pendapat, dengan cara yang berbeda, satu dengan yang lainnya. Indonesia menjadi begitu hidup saat semuanya turun dan peduli :) dalam ranah tetap saling menghormati.

Sempat saya merenung semalam dan menghasilkan sebuah pemikiran optimis yang saya sendiri tidak pernah duga sebelumnya. Dalam Indonesia yang seperti ini, benarkah politik uang memiliki kesempatan untuk menang? Akankah Serangan Fajar bisa berjaya? Saya kok gak yakin ya? Haruskah ini menjadi sesuatu yang begitu menakutkan untuk kita semua? Bukannya kita sudah melihatAdanya perubahan besar dalam jantung kepemimpinan di Indonesia sendiri, yaitu suara rakyat?

Kita bisa lihat dengan jelas, pemilu kini membawa media untuk bergerak (despite all of their tricky methode: TV One, Antv, Metro TV). Kita juga bisa lihat anak-anak muda yang jadi solid bersatu padu menentukan pilihan dan tak lagi apatis, yang belum pernah kita lihat lagi dari jaman demo reformasi. Artis-artis saling mengacungkan tangan dan memberikan hati untuk menjadi relawan, figur-figur publik yang angkat bicara bersama dengan media kreatif yang menjadi inti dari pergerakan baru yang membahagiakan. Melihat semua fakta di lapangan ini, apakah anda masih tidak yakin bahwa hati rakyat sesungguhnya telah dimenangkan?

Saat hati telah dimenangkan, bisakah politik uang merebutnya lagi?

Kalau saya menjadi salah satu orang yang so called...disogok, andai kata serangan fajar memang benar terjadi, dengan tersenyum lebar saya akan menerima uangnya dan tetap mencoblos beliau yang telah memenangkan hati saya.

Kembali pada pagi ini, saat seorang kawan sms saya dengan sebuah pesan bertuliskan "waspada serangan fajar", saya harap anda semua yang sudah membaca tulisan saya bisa menjadi orang yang dengan bangga bisa membalas,

Siapa yang harus waspada? Tentu bukan saya. Waspadalah anda, para calon yang memiliki rencana melakukan serangan fajar ini nantinya, karena dengan begitu warna asli anda akan semakin terlihat. Jangan pernah berharap untuk memenangkan pertandingan, karena rakyat tidak lagi buta. Bersiaplah kehilangan uang, sekaligus kehilangan suara. Karena kalaupun ada pemimpin yang dimenangkan dengan uang, nafasnya tidak akan bertahan lama. Saat demokrasi masih ada, dan hati rakyat masih berbicara, lihat saja bagaimana akhirnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun