Radio bila didefenisikan dapat berupa alat yang menangkap gelombang/frekuensi yang mentransmisikan suara-gelombang-suara, ataupun juga upaya sadar komunikator dalam  menyebarkan informasi kepada komunikan secara audio melalui pancaran gelombang secara satu arah, dalam hal ini Radio sebagai mass media atau dua arah dalam hal radio komunikasi.
Seperti yang kita ketahui bersama juga radio dapat digunakan sebagai komunikasi 2 arah seperti yang dilakukan organisasi radio amatir misalnya ORARI. Radio komunikasi dua arah sebagai bentuk komunikasi yang saling berbalas antara komunikan dan komunikator hingga timbulnya feed back dalam istilah sosiologi, eaaaa.Â
Eksistensi radio sebagai komunikasi dua arah sampai saat ini masih nampak dan tidak jauh dari pandangan kita, event yang baru saja berlalu perhelatan G 20 di Bali dimana kita melihat Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa kerap menggunakan radio komunikasi yang  masih efektif dan efisien, di tubuh TNI sendiri kita mengenal Komlek TNI, satuan Unsur Pelayanan  yang menangani urusan komunikasi dan elektronika. Komunitas radio amatir seperti ORARI mengadalkan radio bukan hanya sebagai konteks perlombaan pancaran siaran radio antar benua namun juga sebagai alat komunikasi dua arah terdepan dalam penangan situasi-situasi seperti bencana alam ataupun kegiatan yang membutuhkan komunikasi intensif lainnya.Â
Perkembangan radio komunikasi dua arah zaman ini dengan muncul pancaran komunikasi yang disatukan dengan komputer menambah kecanggihan dalam komunikasi yang terjalin antara komunikan dan komunikator, baiklah kita sudah berbicara lebar mengenai radio dalam komunikasi dua arah.
yuk kita lihat esensi radio sebagai mass media ditengah munculnya perkembangan media elektronik dan sapuan berita hoax yang melekat padanya. 2 bulan lalu Radio Republik Indonesia dengan motonya sekali di udara tetap di udara mengadakan survei bagaimana eksistensi radio sebagai mass media, penulis saat itu termasuk salah satu dari beberapa narasumber yang berhasil dinyatakan layak menyampaikan pendapat pada survei tersebut dengan pertimbangan kriteria masih aktif mendengar pancaran stasiun radio baik swasta maupun negeri. Survei tersebut sebagai bagian dari evaluasi eksternal dalam menyelenggarakan radio yang kreatif tanpa takut kalah bersaing dengan media mainstream lainnya.
Dinamika saat ini membuahkan beberapa hal mengenai stasiun radio sebagai mass media, Pertama radio bagi masyarakat perbatasan masih eksis sampai saat ini khususnya mengenai konten berita lokal yang sulit dijangkau dengan tv lokal yang terkena program akusisi tv analog ke tv digital, radio menjadi ujung tombak penyebaran berita di wilayah terpencil dan perbatasan. Kedua, radio pemerintah seperti RRI maupun swasta ternama sampai saat ini masih dipercaya keakuratan informasinya dari berita hoax yang menjamur, hemat penulis radio masih mempertahankan prinsip jurnalisme yang aktual, dan terpercaya dalam menyampikan informasi.
Ketiga, Â RRI mengembangakn program Warta Berita maupun kegiatan pendidikan kewarganegaraan sosio-kultural bagi masyarakat melalui sosialisasi seperti pada RRI Kupang maupun Atambua yang masih menyempatkan sosialisasi pertanian, perikanan bagi petani/nelayan di wilayah atau pun kegiatan sosialisasi pencegahan bencana alam, memutar lagu-lagu nasional pada pagi dan sore hari, lagu Indonesia Raya pada jam 10 pagi dimana meningkatkan kesadaran akan mencintai tanah air.Â
Keempat segmen pasar mass media radio sampai saat ini masih efektif bagi pekerjaan yang membutuhkan konsentrasi tetapi masih ingin mendengarkan informasi atau hiburan seperti penjahit, buruh pabrikan ataupun penjaga kantor, pedang di pasar, masyarakat pedesaan  aliran listrik terbatas, menemani pekerja lembur dalam menyelesaikan tugasnya, angkutan umum maupun mobil pribadi yang terjebak macet. kelima, eksistensi radio saat ini tidak membosankan, banyak radio yang mengadakan kegiatan menyasar anak muda seperti bintang radio, bincang- bincang Pro 2, acara musik pilihan yang dapat di request pendengar plus titip salam bagi pendengar setia radio "titip - tipi salamnya buat...", maupun satu instrumen seni yang sulit didapatkan saat ini yakni acara Sandiwara, karya sastra yang mungkin saat ini hanya dapat didengar di acara stasiun radio semata.Â
Keenam radio mampu memperkenalkan tokoh lokal dan menginisiasi keterbukaan informasi program-program pemerintah daerah yang berjalan  maupun informasi peluang usaha oleh swasta, misalnya diskusi mengenai program kesehatan gratis, vaksinasi, kegiatan rohani, update info nasional misalnya melalui pro 3 RRI, ataupun  kegiatan inspiratif dari gerakan swasta misalnya gerakan literasi bagi anak atau diskusi menarik lainnya.
Beberapa bulan lalu penulis diundang menjadi pembicara pada sebuah acara radio pemerintah bersama seorang Dosen Pendidikan Pancasila tentang bagaimana eksistensi pancasila dari pandangan masyarakat lokal, Â hal tersebut menjadikan radio sebagai kekayaan budaya dalam menjamin kesitimewaan lokal dalam mensukseskan program-program nasional. Radio menghimpun local genius dalam meningktan ketahanan nasinal pada suatu wilayah dengan catatan siaran radio tersebut berbobot. Â Pada intinya radio menjadi sarana komunikasi lokal yang handal dalam menyamakan persepsi masyarakat perbatasan atau garis depan sesuai pandangan nasional. Sekali di udara tetap di udara, Salam.