Â
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2018, prevalensi penyakit gigi dan mulut di Indonesia yang sering dialami masyarakat Indonesia salah satunya, yaitu Somatitis Aftosa Rekuren (SAR) atau sariawan, dengan prevalensi berkisar 8,0% di Tanah Air ini. Usia onset SAR dari masa anak-anak atau remaja atau di antara usia 10-19 tahun dan biasanya diderita sampai dewasa bahkan dapat seumur hidup, ditandai dengan ulserasi oral berulang yang menyakitkan (Nurfianti & Pradono, 2019). Lalu, bagaimana sariawan itu sendiri?
Mengenal Somatitis Aftosa Rekuren (SAR)
Apakah dari kalian pernah merasakan tidak nyaman pada saat mengunyah dan waktu coba cek ke mulut ternyata ada luka kecil? Bisa jadi itu Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR). SAR atau yang lebih dikenal orang awam dengan sariawan merupakan suatu peradangan pada jaringan lunak mulut yang ditandai oleh ulkus rekuren tanpa disertai gejala penyakit lain (Noviana dkk., 2018). Penyakit pada ukosa mulut yang paling sering terjadi ini relatif ringan karena tidak bersifat membahayakan jiwa dan tidak menular.
Mengetahui Jenis Somatitis Aftosa Rekuren (SAR)
SAR dibagi menjadi tiga jenis, yaitu tipe minor, tipe mayor, dan herpertiformis. Tipe minor juga disebut sebagai Aphthae miculiz. Jenis ulkus ini biasanya kurang dari 1cm (10mm) dan sembuh tanpa meninggalkan jaringan parut dalam 10 - 14 hari. Tipe mayor juga disebut sebagai penyakit Sutton, biasanya melebihi 1cm (10mm) menyebabkan ulserasi yang lebih dalam sehingga meninggalkan bekas luka, Ulkus ini mungkin bertahan sekitar 10 - 20 hari dan mungkin juga memakan waktu berbulan-bulan. Untuk jenis yang terakhir yaitu, Herpetiformis. Ukuran ulkus jenis ini sangat kecil dengan diameter 2-3mm, banyak jumlahnya (sekitar 100 buah) dapat menyatu menghasilkan lesi besar yang tidak teratur yang berlangsung selama 7 - 10 hari tanpa meninggalkan bekas luka.
Mengetahui Faktor Penyebab Somatitis Aftosa Rekuren (SAR)
Setelah kita mengenal dan mengetahui berbagai jenis dari sariawan. Pasti ada faktor penyebab dari terjadinya sariawan. Sebagai berikut beberapa penjelasan terkait faktor penyebab SAR.
- Defisiensi Nutrisi. Kekurangan vitamin B12, asam folat, dan zat besi dapat berkontribusi untuk pengembangan RAS (Kumar et al., 2014). Oleh karena itu, faktor-faktor tersebut berperan penting dalam proses eritropoisis. Proses ini terkait sel darah merah dalam sirkulasi darah tubuh, mengangkut oksigen ke jaringan bersama hemoglobin yang didapat dari zat besi berada di dalamnya.
- Predisposisi Trauma. Trauma yang sering dialami, yaitu trauma karena terbentur sikat gigi saat menyikat gigi dan tidak sengaja tergigit bagian tertentu dari mukosa mulut. Hal ini dapat memicu timbulnya ulser pada daerah bekas terjadinya luka akibat trauma (Swain et al., 2012).
- Infeksi Bakteri. Bakteri yang paling sering menyebabkan destruksi mukosa oral dan terjadinya ulser SAR adalah bakteri Streptococcus sanguinis, Streptococcus mitis, dan Helicobacter pylori yang telah dianggap sebagai agen mikrobial pada patogenesis SAR (Chowdhury & Chakraborty, 2017).
Selain ketiga faktor di atas, masih ada beberapa faktor penyebab seperti faktor genetik, hormonal, stress, dan alergi makanan. Adapun jika kalian mengalami gejala sariawan yang tidak nomal, kalian bisa periksakan langsung ke dokter gigi.
Â
Memahami Cara Penanganan Somatitis Aftosa Rekuren (SAR)