Waktu menunjukkan pukul 10.00 tepat. Entah mengapa aku begitu ingin menjemput Andini di sekolahnya pagi ini. Wajah manis malaikat mungilku itu terus melekat dlm benakku. Mungkin karena aku merasa sgt bersalah telah meninggalkannya lebih pagi dr biasanya krn harus presentasi didpn 'bigbos' yg akan terbang ke Singapore siang nanti.
Kutekan tombol power dan sebuah mesin kotak dihadapanku pun mati. Mesin kotak yg selalu menemani aktivitasku seharian dikantor dan dpt menyimpan banyak file kerjaku.
Perlahan mobil kutepikan dibibir jalan dpn gedung sekolah yg ramai oleh lalu lalang kendaraan orangtua murid lain yg juga mengantar jemput anaknya.
Kuperhatikan dari jarak yg cukup jauh 1per1 wajah anak yg keluar dari balik pintu gerbang. Lalu tiba2 kudengar sebuah suara kecil yg mengarah smakin mendekatiku.
"mami.....!"
"Andini." gumamku. "Andini...!" balasku memanggil sambil membuka tangan hendak menyambutnya dalam pelukan.
Peri kecilku berlari dalam langkah mungilnya diikuti Imah,si mbak pengasuhnya, yg berusaha menyamakan langkahnya.
Lalu tiba2...
-Ngiiikkk....!-
sebuah mobil mendadak mengerem dan menghalangi pandanganku.
"Andini......!" teriakku dalam 1 helaan napas.
Dalam sekejap, jantung hatiku telah bersimbah darah tak bernyawa.