Mohon tunggu...
M.D. Atmaja
M.D. Atmaja Mohon Tunggu... lainnya -

Teguh untuk terus menabur dan menuai. Petani.\r\n\r\neMail: md.atmaja@yahoo.com\r\n

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Gairah, Tembakau dan Seni

18 Desember 2012   13:28 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:25 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Persoalan dalam dimensi hidup, adalah langkah-langkah yang menuju pada ranah memorial yang keberadaannya terserah pada kita untuk apa. Sebagai media yang penuh motivasi karena tidak sekedar kepingan kenangan namun juga duduk bersila sebagai guru yang memberikan nasehat, atau sebatas cuilan hidup yang akan segera dilupakan, atau lagi hanya seperti catatan yang masih sering kita bacai tanpa emosi.

Catatan ini berusaha merangkum kenangan yang memberi saya gairah –membangkitkan gairah saya- dalam mengukur-ukur kedalaman naluri hidup. Adalah –yang saya maksudkan- gairah untuk bertahan menjalani laku yang setiap hari lebih terasa semakin merenta dalam semangat. Suatu kejadian nuansa yang ikut lahir terus menerus di ketika saya mulai melinting tembakau dan membakar serta menghisap-hisapnya.

Banyak orang yang mengatakan, itu sebagai kegiatan yang kurang manfaat, membakar rejeki dan lain sebagainya. Namun dalam pandangan ini, saya berusaha untuk menilik kembali, perjalanan hidup saya dengan tembakau. Daunan kering, daunan yang kata orang penuh racun, namun saya menyenanginya.

Belum lama ini, setelah prosesi perpindahan dari Yogyakarta ke Banjarnegara, saya mengenal tembakau yang baru. Khas Banyumas. Saya terus melintingnya, menikmati tembakau model baru dengan kemenyan yang beraroma khas itu. Sungguh menyejukan. Ini suatu komentar orang lagi, daripada sibuk melinting lebih baik beli yang sudah jadi (rokok pabrik) tinggal bakar dan hisap. Pada persoalan itu, benar, namun bagi saya ada hal lain yang patut dan hendaknya saya perhitungkan.

Bagi saya, merokok tidak sekedar kecanduan, namun di dalamnya merangkum berbagai aspek yang saya sebut dengan hobi, kepuasan dan seni. Merokok menjadi aspek keindahan dalam hidup, tidak sekedar membakar dan menghisap tembakau, namun juga menikmati proses dan keindahannya. Cobalah kita melinting, tidak sekedar melihat pada seninya, namun marilah kita ikut membantu para pengusaha tembakau dari strata ekonomi sedang ke rendah, agar pemproduksian mereka terus berlanjut, tidak gulung tikar karena kalah dengan kepraktisan rokok-rokok pabrik.

18 Desember 2012, Rumah Kantor Jurnal Biro Khusus Sarekat Sastra Indonesia – Bantul.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun