18:30, Hartanto sudah berada di dalam Cangkir selama dua jam. Dia duduk di sana sambil menyesalkan tindakannya yang telah meninggalkan Rena dalam keadaan yang sangat membutuhkan orang lain untuk berada di sampingnya. Namun, di sana ada Nandar yang akan membela Rena dalam keadaan apapun. Hartanto sengaja meninggalkannya pergi, agar Rena belajar untuk berpijak dengan kakinya sendiri. Karena menurut Hartanto, Rena harus bertahan, harus berani menghadapi konsekuensi hidup, sendirian, karena tidak setiap saat ada seseorang yang akan berada di sampingnya.
Eko datang sambil membawa segelas kopi dan duduk di depan Hartanto. Sore ini Kedai Cangkir masih sepi, tidak seperti biasanya yang sudah banyak pengunjung. Orang-orang, duduk berjam-jam menghabiskan waktu bersama teman, tertawa-tawa dan hanya ada tawa di sana. Walau, tidak setiap tawa menjadi tanda kebahagiaan. Kedai seakan-akan menjadi tempat yang pas untuk sekedar bersantai dan menghabiskan waktu. Hartanto juga sudah menghabiskan banyak waktu di beberapa kedai kopi di kota ini. Membunuh waktu yang berlari di depan manusia, yang jauh meninggalkan manusia.
"Aku penjual kopi, tapi baru kali ini aku minum kopi."
Hartanto tersenyum sambil mengangkat gelas kopinya. "Cukup mengagetkan, tapi pasti ada alasan tertentu."
"Yang jelas aku tidak suka kopi. Pernah aku mencoba untuk minum, Mas, tapi justru membuatku merasa mual selama beberapa hari."
"Lalu kenapa kamu menjual kopi?"
"Banyak orang yang suka kopi. Duduk bersama orang-orang dekat mereka, minum kopi bersama sambil berbicara apa saja. Banyak orang suka bersantai sambil minum kopi. Kedai menjadi bisnis yang bagus di kota-kota seperti Yogyakarta." Eko mencoba untuk membuat Hartanto yakin, "Baru menunggu seseorang, Mas?"
"Iya, aku menunggu kamu untuk menemani minum kopi." Jawab Hartanto sambil tersenyum kecil tanpa maksud tertentu.
Eko pun tersenyum kecil. Pertanyaannya tidak mendapatkan jawabannya namun buatnya, di Kedai bukan berarti harus menunggu seseorang. Selama ia menjalankan bisnis ini, baru sekali ia temui seseorang yang selalu datang ke Kedai hanya sendirian, tidak menunggu siapa pun kecuali sekedar untuk minum kopi.
"Aku sebenarnya punya satu pertanyaan buatmu, Mas."
"Apa itu?" tanya Hartanto tidak bersemangat.