Pada saat saya mahasiswa, saya mendapatkan beasiswa dari Yayasan SDM IPTEK dimana saya selama 2 tahun mendapatkan beberapa pembinaan, salah pembinaan yang dilakukan oleh Yayasan SDM IPTEKadalah kegiatan rihlah (berekreasi sambil mentadabburi alam) yang wajib dilakukan minimal satu kali dalam setahun. Setelah melakukan rapat mengenai objek yang akan dituju maka dipilihlah Pendakian Gunung Lawu sebagai kegiatan rihlah kali ini.
Dari asrama tempat kami tinggal di Keputih, Surabaya, kami menuju Terminal Purabaya, dari terminal ini kami naik bus AC Tarif Biasa (ATB) yang menuju Solo, setelah menunggu penumpang penuh akhirnya bus keluar dari terminal dan menancapkan gasnya dalam karena saat itu sudah jam 12an malam.
Dari Terminal Tirtonadi kami lanjutkan perjalanan menuju Pesantren Isy Karima tempat salah satu rekan saya menimba ilmu saat SMA, kami naik bus yang ke arah Tawang Mangu kemudian turun di Karangpandan tempat pesantren ini berada.
Kami saat sampai di Ponpes Isy Karima
Kami beristirahat disini, lalu setelah makan malam kami diberikan briefing oleh salah ustadz yang mejadi pengajar disni yang pada intinya Pendakian ini bukan hanya sekedar cari senang, atau senda gurau saja, tapi ambil hikmahnya dan takjublah terhadap ciptaan Allah.
Setelah mendapatkan briefing dan nasihat dari sang ustadz kami pun melanjutkan perjalanan menuju Cemoro Sewu dengan menggunakan elf yang sudah di charter oleh rekan saya.
Sekitar jam 11 malam sampailah kami di Cemoro Sewu, kemudian mendaftarkan kelompok kami ke pada petugas yang berjaga. Setelah beres dengan segala administrasi dan perlengkapannya kami pun memulai pendakian ini.
Jalur Cemoro Sewu ini berupa jalan setapak berbatu yang sudah tertata rapi. Kemudian awal – awal pendakian ditumbuhi banyak pohon Cemara itulah mengapa disebut Cemoro Sewu. Awal pendakian masih belum terasa sulit hingga pada saat kami berada di Pos 3 turun hujan deras, Pos 3 pun penuh dengan pendaki yang berteduh dari hujan. Hujan baru berhenti pada saat memasuki waktu shubuh. Kami pun segera shalat shubuh, setelah itu melanjutkan lagi pendakian.
Jalur semakin berat dan terus menanjak namun dengan tekat dan semangat yang kuat kami terus mendaki hingga pos 4 dan pos 5 kami lalui dengan sekuat tenaga setelah Pos 5 sampailah kami di Sendang Drajad, kami pun beristirahat terlebih dahulu disini.
Dari Sendang Drajad kami melewati punggungan bukit sekitar 30 menit kamudian kami menemukan pertigaan dimana ke kiri langsung ke Puncak Argo Dumilah (3265 mdpl) sedangkan ke kanan menuju Argo Dalem (3148 mdpl), karena tujuan Utama kami adalah puncak kami mengambil ke arah kiri.
Pada saat mendaki ke puncak kami sempat dihadang oleh kabut yang begitu pekat sehingga menghalangi kami namun ada hal yang menarik yaitu adanya satu burung yang disebut Jalak Lawu yang menemani kami, ia terbang rendah di hadapan kami lalu hinggap di tanah, pada saat kami sudah dekat dengannya maka ia akan terbang rendah lagi kemudian hingga dan begitu seterusnya hingga sampai puncak, sepertinya ia menjadi pemandu kami. Dan memang banyak cerita dari orang lain yang menceritakan hal yang sama pada saat menuju ke puncak Lawu.
Alhamdulillah, rasanya haru sekali, di pendakian yang pertama kami atas Izin Allah bisa berdiri di puncak. Kami pun mengabadikan diri kami dengan berfoto di tugu penanda puncak Gunung Lawu yang terdapat tulisan 3265 mdpl yang merupakan ketinggian dari gunung ini.
Setelah puas menikmati puncak Hargo Dumilah kami pulang kembali ke Cemoro Sewu untuk selanjutnya menuju Solo dan kembali ke Surabaya. Bersyukur sekali karena kami semua berhasil mendaki gunung dengan selamat tanpa ada yang kurang satu pun.
Temukan Indahnya Indonesia di http://www.indonesia.travel/wonderfulindonesia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H