[caption id="attachment_304727" align="aligncenter" width="550" caption="gambar: kompas.com"][/caption]
Di tengah sindiran atau hujatan atas kinerjanya yang dilontarkan oleh para capres lain, teruatama para peserta Konvensi Partai Demokrat, elektabilitas Jokowi semakin melangit dan tak terkejar.
Sebagaimana kita simak di media, baik online maupun cetak, tidak ada satupun dari para tokoh yang menggadang-gadangkan diri mereka sebagai capres 2014 yang tidak menjadikan Jokowi sebagai bahan sindiran atau hujatan dalam kampanye mereka; mereka memandang Jokowi dan kinerjanya secara underestimate.
Maksud hati, mereka ingin menyudutkan Jokowi dan mencuri simpati rakyat; apa daya yang mereka lakukan justru menjadi amunisi bagi meningkatnya kekaguman rakyat pada Jokowi. Hal ini terbukti dari hasil survei Kompas yang dilakukan mulai 2012 hingga 2013. Hasil survey menunjukkan bahwa dukungan untuk Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo atau Jokowi untuk menjadi Presiden di 2014 semakin tak terbendung.
Bila pada survey pada Desember 2012 Jokowi hanya memperoleh angka 17,7%, pada Juni 2013 hasil ini berlipat ganda menjadi 32,5%. Trend positif untuk elektabilitas Jokowi terus konsisten dan membubung menjadi 43,5 % pada survei Desember 2013. Hal ini mengindikasikan bahwa segala usaha pendiskreditan yang dilakukan oleh para capres dan elit-elit partai yang menjadi “lawan” Jokowi tidak mempan mempengaruhi opini positif masyarakat terhadap Jokowi.
Yang lebih mencengangkan lagi, para pemilih Jokowi semakin menyebar dan berasal dari berbagai partai di luar PDIP. Selain itu, survey tersebut juga menghasilkan hanya lima kandidat potensial selain Jokowi yang mendapatkan dukungan suara signifikan untuk berlaga di Pemilu Presiden 2014, yaitu: Prabowo Subianto, Aburizal Bakrie, Wiranto, Megawati Soekarnoputri, dan Jusuf Kalla; dimana tidak satupun dari 11 peserta Kovensi Partai Demokrat yang muncul.
Artinya, bila para tokoh tersebut ingin mengalahkan Jokowi, mereka harus mampu menemukan atau merumuskan sebuah isu yang membuat publik “ternganga” untuk kemudian mampu merebut posisi media darling dari "tangan" Jokowi. Sebaliknya, bila mereka tetap saja menggunakan Jokowi sebagai pijakan isu, betapapun bagusnya isu tersebut, secara tidak langsung mereka sedang membuat Jokowi semakin popular.
Oleh karena itu, jangan menganggap diri sebagai tokoh atau capres yang paling mumpuni selama masih mendompleng nama Jokowi untuk dapat diliput media. Survey membuktikan bahwa rakyat tidak lagi butuh figur pemimpin yang pandai berwacana atau teori, rakyat lebih butuh pemimpin yang mau bekerja nyata seperti yang ditunjukkan oleh Jokowi.
Berikut hasil survei yang dirilis oleh Kompas hari ini: 1. Joko Widodo: 43,5% 2. Prabowo Subianto: 11,1% 3. Aburizal Bakrie: 9,2% 4. Wiranto: 6,3% 5. Megawati Soekarnoputri: 6,1% 6. Jusuf Kalla: 3,1%
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H