[caption id="attachment_290868" align="aligncenter" width="500" caption="gambar: rimanews.com"][/caption]
Setelah serangkaian “serangan” dari berbagai pihak mulai dari Ruhut Sitompul yang mengatakan Jokowi si tukang mebel tak pantas jadi presiden, Nurhayati yang menjadikan jumlah kebakaran yang mencapai 1000 rumah dalam sehari sebagai prestasi buruk Jokowi dibanding Foke, Ramadhan Pohan yang menuduh Jokowi sebagai pihak yang bertanggung jawab atas kasus penyadapan yang dilakukan oleh Amerika, SBY yang melempar bendera putih sambil beretorika bahwa Jokowilah yang harus disalahkan untuk kemacetan yang menjadi-jadi di Jakarta serta Ahmad Mubarok yang menilai bahwa Jokowi adalah politisi karbitan dan para pendukungnya, terutama yang di dunia maya (baca di social media), adalah makhluk jadi-jadian alias palsu dan settingan.
Kini muncul lagi sebuah isu yang mengada-ada menyangkut nasionalisme Jokowi. Adalah Muzakkir Muannas Tovagho, Peneliti Lintas Survei Nusantara, yang menyatakan bahwa sosok Jokowi tidak layak jadi presiden karena diragukan nasionlaismenya; sosok Dino Patti Djalal lebih layak menjadi calon presiden.
"Soal kemasan Jokowi lebih baik dari Dino. Namun, soal isi, Dino jauh lebih baik dari Jokowi," kata Muzakkir. "Sisi nasionalisme Dino jauh lebih unggul dibanding Jokowi. Hal ini karena Jokowi lebih menyukai musik Metallica, sedangkan Dino lebih menggemari lagu-lagu daerah nusantara," tambahnya.
Lebih jauh Muzakkir menjelaskan, “meskipun lama tinggal di luar negeri Dino tidak kehilangan rasa nasionalismenya; dengan istilah lain Dino berpenampilan ala Amerika tapi hati Indonesia, sedangkan Jokowi, meski penampilannya Indonesia tetapi hatinya Amerika".
Pertanyaannya, bagaimana mungkin mengukur nasionalisme seseorang hanya berdasarkan kesukaannya pada satu aliran musik?
Dalam kenyataan sehari-hari, hampir semua produk yang kita gunakan di negara ini adalah produk luar negeri karena ketergantungan yang sangat tinggi negeri ini pada produk impor. Mobil-mobil yang dipakai oleh orang Indonesia semuanya mobil produk asing; mobil dinas para pejabat, terutama SBY, juga mobil buatan Eropa. Apakah berarti SBY sangat ber hati Eropa? Apakah SBY tidak nasionalis?
Belum lagi setiap hari di antara kita pasti makan di Mcd, AW, KFC, Pizza Hut, Hoka Hoka Bento dan restoran asing lainnya sambil mendengarkan musik Beatles, Guns & Roses, dan sejenisnya; apakah berarti kita sangat Amerika, Jepang atau Italia? Lalu nasionalisme kita hilang karena makanan dan alunan musik tersebut?
Ada-ada saja...
Nampaknya, para pesaing Jokowi sudah berada pada titik "buntu" untuk mengolah isu-isu yang logis dan sehingga mereka mengalami kesulitan yang sangat untuk sekedar mencari kelemahan yang bisa dijadikan peluru untuk menjatuhkan popularitas Jokowi.
Bila mereka menghantam melalui kasus korupsi, Jokowi bersih dan tidak punya track record buruk untuk hal ini, Bila dihantam dari sisi kinerja, Jokowi bekerja keras bahkan melebihi dosis untuk memperbaiki kekumuhan dan kesemerawutan Jakarta. Dari sudut pro- rakyat, Jokowi adalah suhunya bagaimana seseorang seharusnya menjadi pemimpin: pemimpin yang melayani rakyat. Jadi, tidak ada lagi celah bagi pesaing Jokowi untuk masuk menusuk di areal kelemahan yang bisa diangkat untuk menjadikan Jokowi sebagai bulan-bulanan mereka, kecuali mencari hal-hal yang sensasional dan tidak masuk akal.