[caption id="attachment_303653" align="aligncenter" width="600" caption="Sevel. Gambar: Kompas.com"][/caption] “Kita semua dilecehkan," kata Jokowi lantang saat memberikan pengarahan kepada seluruh satuan kerja perangkat daerah (SKPD) Pemprov DKI Jakarta di Balai Agung, Balaikota DKI Jakarta, Jumat (3/1/2014) siang. Jokowi marah karena gerai Seven Eleven (Sevel) yang telah disegel tetap beroperasi, bahkan tetap dikunjungi banyak orang. Sevel, gerai makanan sekaligus kafe, yang kerap dijadikan tempat anak muda kumpul-kumpul yang disegel tersebut terletak di Jalan Budi Kemuliaan, Gambir, Jakarta Pusat. Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) gemas melihat anak buahnya tidak tegas menerapkan peraturan. Jokowi menyindir bagaimana sebuah bangunan yang sudah dipasangi baliho bertuliskan DISEGEL yang seharusnya sudah tidak bisa lagi melakukan kegiatan; tetapi yang terjadi, tetap buka 24 jam dan pengunjung justru semakin ramai. Oleh karena itu Jokowi meminta aparat pemda DKI untuk tegas tanpa kompromi dan tidak setengah-setengah dalam menindak para pelanggar peraturan di Jakarta. Bagi Jokowi, jika bangunan sudah disegel tetapi tetap beroperasi, itu adalah bentuk penghinaan terhadap pemda. "Kita harus tegas, bangunan yang tidak ber IMB harus ditutup, dibongkar. Mudah saja kan. Tegas dan jangan basa- basi," lanjut Jokowi. Sebagaimana kita tahu, rusaknya tata kota sebenarnya adalah akibat dari tidak tegasnya aparat dalam menegakkan peraturan. Peraturan sudah lengkap dibuat tetapi penegakannya selalu jauh panggang dari api. Para aparat justru menjadikan peraturan sebagai alat bargaining untuk meraup keuntungan materi. Mereka melakukan kongkalikong dengan para pengusaha dan menerima sejumlah suap sehingga para pelanggar bebas melanjutkan pelanggaran. Akibat dari penyalahgunaan kekuasaan tersebut, tata ruang DKI Jakarta yang sudah dirumuskan dan disusun dengan melibatkan para ahli dan menghabiskan uang rakyat menjadi sia-sia. Pelanggaran demi pelanggaran membuat ruang-ruang Jakarta dipenuhi oleh mal, ruko, perumahan, pabrik dan lain-lain; Jakarta menjadi kota yang amburadul. Di bawah kepemimpinan Jokowi, pelanggaran atau penyelewengan yang pada pemerintahan sebelumnya dijadikan komoditas, tidak bisa lagi dibiarkan. Jokowi dengan tegas memerintahkan seluruh jajarannya untuk tegas dan tidak main mata dengan para pelanggar peaturan. Inilah bedanya Jokowi dengan yang lain; body boleh kerempeng, tapi nyali “seng ada lawan”.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H