Gambar: Tempo.co Percaya atau tidak, momentum itu adalah "pulung" yang Tuhan berikan kepada manusia. Setiap manusia diberikan satu momentum yang berharga dalam hidupnya sesuai kapasitasnya. Tetapi apakah momentum tersebut kemudian membuat seseorang mendapatkan keberuntungannya, hal itu tergantung bagaimana orang tersebut menyikapi dan mengambil atau memanfaatkan momentum tersebut. Gegap gempita suara rakyat, gerakan para sukarelawan pendukung Jokowi for President yang bertebaran dan menggelinding bak bola salju, pendapat para pengamat, hasil berbagai survey yang selalu menempatkan Jokowi di puncak prosentase tertinggi dan masih banyak lagi suara yang menyeruak di tahun politik 2013 ini menunjukkan bahwa pemilu 2014 yang akan datang adalah MOMENTUM nya Jokowi untuk maju mencalonkan diri atau dicalonkan sebagai presiden RI ke 7 dan memenanginya. Sejarah menunjukkan bahwa orang-orang atau para tokoh yang memiliki kapasitas sebagai pemimpin dan atau presiden begitu terseok-seok untuk mendapatkan momentumnya kembali ketika saat momentum itu datang kepadanya, mereka tidak memanfaatkannya. Bagaimana Amien Rais yang pada eranya begitu sangat dielu-elukan oleh rakyat dan mendapatkan julukan sebagai "Bapak Reformasi" tetapi menolak untuk diajukan menjadi presiden saat kelompok Poros Tengah berhasil menguasai peta perpolitikan setelah menelikung Megawati yang dengan PDIPnya memenangi pemilu 1999; Amien Rais justru mengajukan Gus Dur. Alhasil setelah momentum itu lewat Amien Rais pun tak mampu lagi mendapatkannya alias selalu kalah. Wiranto juga pernah memiliki momentum yang pas saat dia menjabat sebagai Panglima ABRI dimana disaat keadaan genting setelah kejatuhan Soeharto, bila saja Wiranto mau mengambil alih kekuasaan saat itu, dia pasti sudah jadi presiden. Tetapi Wiranto juga tidak memanfaatkan momentumnya dan akhirnya kita tahu berapa kali dia maju menjadi Capres atau Cawapres, selalu keok. Dan masih banyak lagi contoh bagaimana momentum itu datang kepada seseorang (tokoh) tetapi diabaikan dan akhirnya sang tokohpun kehilangan kesempatan. Contoh paling aktual bagaimana seseorang memanfaatkan momentum adalah saat SBY yang "bukan siapa-siapa" dan "tanpa prestasi apa-apa" mendapatkan momentum dan mengambilnya untuk maju menjadi presiden. Dengan cerdas dan sigap SBY mengkapitalisasi momentum tersebut dan akhirnya SBY pun menjadi presiden RI ke 5 bahkan berlanjut lagi menjadi presiden RI yang ke 6. Jokowi saat ini ada pada suasana sama seperti yang terjadi pada para tokoh tersebut di atas. Tetapi dibanding para tokoh-tokoh tersebut, selain momentum, Jokowi memiliki banyak kelebihan untuk maju menjadi presiden. Jokowi tidak saja memiliki popularitas (yang sulit ditandingi oleh siapapun saat ini) tetapi juga memiliki jiwa, gaya dan kapasitas yang sangat memadai untuk menjadi pemimpin yang didambakan oleh rakyat Indonesia. Rakyat Indonesia saat ini mendambakan sebuah Indonesia baru, Indonesia yang berdaulat di bidang pangan, ekonomi, pertahanan, politik dan pemanfaatan sumber daya alam. Indonesia Baru adalah Indonesia yang pemimpinnya tidak lagi feodal, hirarkis dan berjarak terhadap rakyatnya sendiri; Indonesia yang dipimpin oleh seorang yang bisa membawa negeri ini keluar dari cengkeraman budaya korupsi dan penyalahgunakan kekuasaan atau jabatan yang merajalela di seluruh negeri. Tokoh-tokoh yang saat ini berambisi untuk menjadi presiden, mereka masih sekedar beretorika dalam membangun Indonesia. Mereka masih mengira bahwa rakyat Indonesia masih gampang "dikibulin" dengan kata-kata manis, gambar iklan atau baliho rekayasa atau pengerahan dukungan yang dibayar. Jokowi dengan segudang prestasinya ada di seberang para tokoh tersebut; Jokowi telah menunjukkan banyak prestasinya yang gemilang dan memberi contoh bagaimana menjadi pejabat atau pemimpin yang bekerja untuk dan melayani rakyat. Indonesia saat ini butuh pemimpin yang menginspirasi, pemimpin yang bisa menggerakkan, yang jujur, rendah hati, transparan dan tulus. Pemimpin yang ANTI SUAP dan MENYUAP. Alhamdulillah Jokowi memiliki semua kriteria ini; pada saat yang sama Jokowi juga memiliki MOMENTUM untuk memenangi pemilu presiden 2014 tahun depan. Jadi, Jokowi akan bernasib sama seperti para tokoh yang terseok-seok untuk mendapatkan momentumnya kembali jika dia tidak mengambilnya di 2014 ini. Wallahu a'lam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H