Mohon tunggu...
mcDamas
mcDamas Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Orang biasa (seperti kebanyakan rakyat Indonesia) yang sok ikut kompasiana meskipun terbata-bata. Bila teman bersedia, klik juga http://kitabiza.com, http://lampungsae.com, http://inacraftmart.comdan http://englishsolutioncenter.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ketika Jokowi Juga “Blusukan” ke Kampus-kampus

22 November 2013   11:05 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:49 384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13850930541674563720

[caption id="attachment_293763" align="aligncenter" width="620" caption="image: kompas.com"][/caption] Tidak bisa dipungkiri bahwa Jokowi adalah magnet; figur yang selalu menyedot perhatian dan juga membuat orang ingin diperhatikan olehnya. Jokowi, kehadirannya selalu dinantikan banyak orang, jabatan tangannya selalu menjadi buruan dan ucapan-ucapannya selalu jadi bahan berita. Jokowi adalah fenomena. Jokowi menjadi fenomena bukan karena ketampanannya, bukan pula karena materinya yang berlimpah. Jokowi menjadi fenomena karena Indonesia saat ini terlalu gersang bagi rakyatnya untuk menemukan seorang figur pemimpin yang menyejukkan dan siap melayani. Kebanyakan pemimpin yang ada lebih suka menampilkan diri sebagai priyayi yang harus dilayani; Jokowi adalah antithesa. “Blusukan”, sebuah istilah yang disematkan oleh pengamat untuk mengatakan kebiasaan Jokowi yang suka turun ke lapangan, adalah rutinitas sehari-hari bagi Jokowi. “Rakyat adalah buku untuk kita mencari tahu apa dan bagaimana permasalahan yang ada di kota Jakarta untuk kita serap dan kemudian mencarikan solusinya”, begitu kata Jokowi suatu ketika. Dengan blusukan, hanya dalam waktu satu tahun ribuan gang sudah ia jelajahi, ratusan rumah penduduk sudah ia sowani dan ribuan masukan sudah ia dengarkan. Follow-upnya, ia mengakselerasi semua program pembangunan pemukiman, jalan raya, drainase, waduk-waduk, taman kota, pedagang kaki lima, kawasan kota tua, termasuk mengatasi sengketa-sengketa agraria. Tidak lupa, Jokowi juga membangun ruang-ruang untuk warga melalui karnaval budaya, festival rakyat, pasar kaki lima di depan balai kota dan berkumpul bersama warga di kantong-kantong budaya di lima wilayah ibukota, agar mereka dapat saling berinteraksi secara intensif. Kerja kerasnya memperbaiki Jakarta bersama sang tandem Basuki Tjahaya Purnama memukau banyak halayak, bukan saja halayak ibukota atau Indonesia tetapi juga mereka yang ada di lain benua. Atas kinerjanya yang memukau, banyak pihak ingin mengundangnya hadir di acara-acara mereka agar Jokowi sudi untuk memberi wejangan, berbagi cerita dan saling belajar bagaimana melayani masyarakat. Tak ketinggalan, banyak kampus atau perguruan tinggi yang juga mengharapkan kehadiran Jokowi pada acara pengukuhan mahasiswa, kuliam umum atau acara-acara seremonial lainnya. Sama seperti rakyat pada umumnya, pihak kampus atau mahasiswa meminta Jokowi untuk menjadi pembicara utama membagi pengalaman sekaligus memberi motivasi kepada mereka. Rajinnya Jokowi menyambangi kampus akhir-akhir ini menimbulkan kecurigaan “pihak lawan” bahwa Jokowi sudah mulai melakukan kampanye dini. Mereka curiga bahwa Jokowi telah menjadikan kampus sebagai panggung bagi karier politiknya. Padahal kenyataannya banyak tokoh lain, sebut saja Dahlan Iskan, Jusuf Kalla, Ridwan Kamil, Abu Rizal Bakrie, Surya Paloh, Ahok, Ibu Risma, Gita Wirjawan dan yang lainnya, yang juga melakukan hal serupa. Karena Jokowi yang melakukan dan diekspose media, maka hal itu dianggap tidak pada tempatnya. Semakin rajinnya Jokowi melakukan “blusukan” ke kampus-kampus karena undangan dan bukan karena kehendaknya tersebut sebenarnya adalah tanda bahwa ternyata perguruan tinggi juga mengalami kegersangan figur panutan yang bisa mereka jadikan idola, bukan saja untuk para cerdik cendekianya tetapi juga untuk para mahasiswa. Dan pada diri Jokowi, mereka menemukan sample hidup untuk teori-teori kepemimpinan ideal yang mereka pelajari di laboratorium dan ruang-ruang kelas.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun