Â
Kriiiing.....suara bel di malam ini mengagetkanku. Biasanya di jam ini sudah tidak ada yang bertamu, kecuali menunggu pengantar obat atau paket. Tapi kali ini aku sedang tidak menunggu siapa-siapa. Anakku bergegas membuka pagar supaya bel tidak dipencet berulang, maklum ibu sudah tidur. Sambil melangkah ke ruang tamu, aku mendengar dialog anakku dan seseorang. "Ma, dicari Iyuk", kata Tole sambil masuk ke dalam rumah. Weh....ono opo iki?
Aku menemui Iyuk di teras. Rupanya esok hari ada rencana istiqhosah yang akan diselenggarakan sekolah anaknya. Ya, tinggal beberapa hari lagi murid-murid SMP akan mengikuti USBN atau ujian akhir, tahapan belajar mereka akan selesai di tingkat SMP, siap-siap menuju SMA. Aku tahu di beberapa sekolah juga melakukan agenda ini dan karena sudah selayaknya orang tua mendampingi anak-anaknya di saat yang penting ini, aku pasti membolehkan Iyuk menghadiri istiqhosah itu. Deal, gak masalah, tinggal mengatur jadwal masak saja ya Yuk.
Mengapa penting memperbolehkan Iyuk ijin esok hari? Biasa sajalah orang bekerja minta ijin atau tidak masuk bekerja kalau ada urusan yang akan dilakukan. Aku menuliskan kisah ini dari sudut pandang Iyuk, seorang Pekerja Rumah Tangga yang punya visi untuk masa depan anak bungsunya. Tinggal seorang ini yang masih sekolah, yang dua sudah mentas, sudah bisa menghidupi diri mereka bahkan berbagi dengan Iyuk dan suami.Â
Aku mencoba memahami jalan pikirannya untuk mempersiapkan Mamad menghadapi masa depannya. Iyuk seringkali mengatakan bahwa tugasnya belum selesai jika Mamad belum lulus SMA. Hanya itu saja tujuannya. Dengan bekal SMA, diharapkan anaknya sudah lebih tegak berdiri, mandiri. Bekal SMP, dirasa Iyuk tak cukup untuk bersaing dengan banyak orang yang juga mencari pekerjaan.Â
Wong yang kuliah saja masih perlu berjuang mendapatkan pekerjaan, bagaimana yang lulus SMP. Ya, untuk urusan pendidikan anak, aku termasuk yang mendukung untuk menyekolahkan anak sebaik-baiknya. Kalau saat ini mereka baru sanggup sampai dengan SMA, paling tidak itu sudah melewati wajib belajar 9 tahun kan!
Ya, mendoakan anak-anak untuk tahapan akhir memang diperlukan, apalagi gangguan belajar zaman sekarang itu bukan hanya dari luar rumah, dalam genggaman jari-jari inilah sumber masalahnya. Pemicu menurunnya semangat belajar tatkala yang dipandang menawarkan keindahan, keasyikan dan kecanduan. Maka diperlukan sebuah gerakan untuk mendorong anak-anak konsentrasi dan fokus pada ujian yang akan dihadapi. Itulah sebabnya, Iyuk perlu hadir dan memberikan waktu untuk memperhatikan Mamad di momen yang tak bisa diputar ulang. Sebuah niat tulus dari orang tua untuk mendukung proses ujian dan mempersiapkan batin anak.
Tentu saja, selain mendoakan, penting juga bagi orang tua untuk membantu membuka wawasan anak-anak sebelum nantinya mereka lulus dari tahapan ini. Beberapa kali Iyuk memang berdialog denganku mengenai pikirannya untuk menyekolahkan Mamad di SMK yang dekat rumah. Nah, penting banget untuk anak dan orang tua sudah mencari-cari informasi mengenai sekolah lanjutan, bahkan sebelum masa ujian akhir. Justru proses melihat ketertarikan anak atau minat anak sudah dilakukan jauh-jauh hari supaya punya rancangan lebih baik.Â
Anak, termasuk yang menentukan pilihannya, bukan sekedar mengikuti pemikiran orang tua. Kini sudah saatnya anak diajak berpikir untuk mengembangkan kemampuannya. Aku sering memberi informasi tentang sekolah-sekolah lanjutan untuk menambah informasi Iyuk dan mendiskusikan dengan anaknya. Dengan begitu pilihan mulai dibicarakan dan anak bisa melihat kemungkinan yang paling sesuai, disesuaikan dengan nilai, kemampuannya, minatnya termasuk soal jarak tempuh, karena ini pasti memiliki konsekuensi pembiayaan nantinya. Inilah pentingnya usaha dan berdoa, kalau aku menyebutnya Ora Et Labora. Dengan doa, usaha dan rencana-rencana kita mudah-mudahan bisa terlaksana.
Tahun ini, aku dan saudaraku juga bersiap-siap seperti Iyuk. Kakakku mendampingi anaknya yang akan lulus SMP, sementara aku bersiap menemani Tole yang akan ujian akhir SD. Kami sama-sama berusaha memberikan situasi belajar dan dukungan optimal bagi buah hati kami. Kaitan memilih sekolah juga kami lakukan cukup lama, sudah di bulan-bulan sebelumnya, bahkan kakakku sudah mulai mencari sekolah anaknya sejak tahun lalu.Â
Mencari informasi dan menjajaki kemampuan dan harapan anak dilakukan demi melihat kecocokan dan keseriusan anak-anak. Walaupun anakku baru akan lulus SD, beberapa sekolah di tingkat SMA mulai kami perkenalkan, harapan untuk memacu keseriusan belajar dan menumbuhkan cita-cita untuk bersekolah lebih tinggi.Â