Mohon tunggu...
Ayub Abner Martinus Mbuilima
Ayub Abner Martinus Mbuilima Mohon Tunggu... -

Pastor Indonesia Fukuin Kyokai

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Pendidikan di Jepang (2)

4 Juni 2015   09:54 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:22 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Banyak hal yang dapat dipelajari melalui pendidikan sejak usia dini di Jepang. Pendidik usia dini inilah yang menjadi fondasi bagi kemajuan dan kemakmuran bangsa jepang. Mengapa tidak!!!!! Tidak hanya dalam hal membuang sampah yang diajarkan sejak dini bagi anak-anak di Jepang, membuat jepang menjadi negara yang bersih dan sehat lingkungan dan sampah juga bisa didaur ulang untuk menambah pemasukan negara. Namun hal berikut yang dapat dipelajari dari pendidikan usia dini di Jepang adalah Tuntutan Aistatsu ( menyapa dengan memberi selamat). Sebelum anak-anak sekolah baik dari tingkat Hoekwen/Yocien ( taman kanak-kanak) sampai Kokosei ( SMA) berangkat sekolah diharuskan berpamitan dengan orang tua. Ketika berjalan menuju ke sekolah, siapapun yang ditemui harus memberikan ucapan selamat ( baik itu ucapan ohayogozaimasu = selamat pagi, Konchiwa = Selamat siang). Ketika perjalanan hampir mendekati sekolah - sekolah tersebut, selalu terpasang tulisan : perintah untuk memberikan Aisatsu= Kebiasan menyapa dengan ucapan selamat.

suatu ketika, saya mengantar anak saya ke Hoekwen yang tidak jauh jaraknya dari rumah, kalau berjalan kaki sekitar 10 menit. Ketika hendak mendekati hoekwen, ada banyak orang tua yang mengantar  anak-anaknya ke Hoekwen, karena harus menyapa ( aisatsu) maka saya berusaha untuk menyapa mereka  dengan ucapan : o hayogozaimasu, namun karena antrean orang tua dan anak-anak yang sedang berjalan begitu panjang, maka saya tidak lagi mengulangi kata : ohayogozaimasu kepada tiap- tiap orang yang melewati kami, namun saya hanya mengulangi kata mas.......mas...mas.... mas. Mas ini saya ambil dari akhir dari kata ohayogozaimasu. Mendengar demikian anak saya menegur saya dan mengatakan, jangan begitu papa, itu tidak baik. .. Harus ucapkan lengkap, karena itu menunjukkan sikap penghormatan kita kepada orang yang kita tujukan ucapan tersebut. Mendengar ucapan anak saya, saya menjadi malu, sehingga ketika saya bersama dengan dia bertemu dengan orang tua dari anak-anak hoekwen lainnya, saya mengucapkan secara lengkap ucapan ohayogozaimasu. Anak saya mengatakan jousu ne papa ( pintar ya papa).

sikap menyapa dan menghormati sesama seperti ini harus ditanamkan sejak dini, sehingga ketika kita melihat sesama kita, kita tidak menaruh curiga serta tidak terjadi gap antara satu dengan yang lain. Disamping itu, sikap ini juga menjadikan bangsa kita menjadi bangsa yang ramah. Akibatnya kita dan bangsa kita disukai banyak orang.

 

salam

ayub

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun