[caption id="attachment_145241" align="alignright" width="238" caption="Berondong dengan kata-kata selangit! Source: http://www.reack.fr/"][/caption]
Tulisan mengenai the Chicken Soup for the Soul muncul lagi setelah beberapa saat terlewatkan. Lagi-lagi soal seekor harimau – yang kali ini jadi penakut, serigala – yang kali ini membawa petaka, dan kodok – yang kali ini tampil jagoan.
Dari Tibet cerita ini berasal. Nun jauh di masa lalu, ketika dunia masih berusia muda dan para binatang saling berbicara satu sama lain. Keluarlah sang harimau tua bernama Tsuden untuk berburu.
Perutnya sudah keroncongan, dan sewaktu kaki-kakinya melangkah menyusuri tebing sungai, seekor kodok melihat dari kejauhan.
Sontak, jantung sang kodok berdegup kencang, katanya dalam hati, “Waduh, si harimau itu akan datang dan menyantapku dalam hitungan detik!”
Namun, bukannya bersembunyi, si kodok kecil ini justru melompat ke depan sang harimau tersebut, sambil berteriak, “Halo Mas Har … mau kemana nih?”
Sang harimau yang agak kaget dengan sapaan sok akrab pun tetap tampil cool. Jawabnya, “Biasa, lapar sudah menghampiriku. Aku hendak berburu. Beberapa hari ini aku nggak dapat buruan. Jadinya lapar banget nih … sayang ya, dirimu terlalu kecil untuk dimakan. Tapi daripada nggak ada apa-apa yang mengisi perutku, boleh lah … dirimu jadi appetizer saja!”
Sambil membusungkan badannya, dan memompa perutnya sebesar mungkin, sang kodok itu pun berujar, “Ketahuilah engkau harimau tua yang tidak lama lagi akan ompong! Diriku adalah sang raja kodok. Aku bisa melompat sejauh apapun aku kehendaki. Mau bukti? Lihat sungai yang besar ini! Berani taruhan? Siapa yang bisa melompat lebih jauh di antara kita?”
Yang namanya harimau memang tercipta untuk selalu berkompetisi. “Kenapa tidak?” jawabnya singkat, sambil mengambil ancang-ancang.
Sewaktu sang harimau itu ambil ancang-ancang, si kodok pun menyusupkan diri di antara rerumputan dan langsung melompat di ujung ekor sang harimau. Begitu sang harimau itu melompat, sang kodok ini pun ikut terbang, terbawa lompatan itu dan terlempar jauh di depan sang harimau.
Dia kemudian menoleh ke belakang, mencari-cari di mana kodok sombong yang katanya jago lompat itu. “Hai, ngapain lu lihat-lihat tebing sana? Aku di sini!” Teriak sang kodok dari belakangnya.
Sang harimau pun kaget bukan main. Dilihatnya sang kodok bertengger jauh di tempat tebing sana, mengatasi lompatannya sendiri.
“Sudah terbukti kan? Dirimu kalah dariku! Okay, sekarang aku tantang kamu untuk memuntahkan apa yang telah engkau makan!”
Harimau lapar itu tentu tidak bisa memuntahkan apa-apa, karena memang telah berhari-hari tidak makan. Dan dalam waktu singkat, sang kodok pun memuntahkan bulu-bulu harimau.
Sang harimau pun kaget bukan main, “Kenapa kamu bisa memuntahkan bulu-bulu harimau?”
“Ah sederhana saja, kemarin tuh ada seekor harimau sepertimu. Nantang juga sama aku, sama seperti kamu! Dalam sekali gerakan, aku bunuh dia. Langsung aku telan bulat-bulat harimau itu. Ini masih tersisa beberapa bulunya!”
Sang harimau pun berpikir, “Waduh, kali iniaku berhadapan dengan makhluk kecil yang ganas. Kemarin saja dia berhasil membunuh seekor macan, dan sekarang dia melompat lebih jauh dari diriku. Aku harus lari sebelum dia memakanku!”
Begitu dia berpikir demikian, keempat kakinya sudah membawanya lari ke arah pegunungan. Hatinya tidak pernah setakut sekarang ini.
Seekor serigala datang dari arah berlawanan. “Ngapain lu lari-lari seperti kebakaran kumis gitu?”
Habis aku jumpai sang raja diraja kodok, makhluk kecil yang sakti mandraguna. Dia memakan harimau dan melompati sebuah sungai yang besar dengan begitu mudahnya!”
“Ah, kamu pasti bercanda!” kata sang serigala tertawa terbahak-bahak. “Aku memang cuma seekor serigala berbadan kecil, tapi akan aku lindas itu kodok kecil. Dalam sekejap dia akan mati di ujung kakiku!” lanjutnya.
“Kamu jangan merendahkan begitu,” kata sang harimau. “Aku saksi mata atas apa yang dia telah lakukan. Namun, kalau kamu memang yakin bisa membunuhnya, ayolah ke sana! Aku khawatir entar kamu takut sama dia, jadi mari kita bersatu padu. Kita talikan ujung-ujung ekor kita sehingga kita jadi lebih kuat lagi!”
Dengan begitu, mereka pun mengencangkan kedua ekor mereka erat-erat. Dan dengan sedikit susah payah, akhirnya mereka berjalan dan menemui sang kodok kecil. Dari kejauhan, sang kodok yang melihat mereka terlebih dahulu, tersenyum-senyum dan mulai berteriak.
“Hai engkau serigala hebat. Kali ini engkau datang dengan upeti bagi rajamu. Mari ke sini. Aku terima upetimu. Sebentar, apakah engkau menyerahkan seekor anjing yang engkau ikat dengan ekormu itu?”
Sang harimau yang memang sejak semula sudah tidak punya rasa percaya diri, langsung cepat berpikir. Dia ambil kesimpulan bahwa sang serigala telah menipunya. Dia akhirnya mengambil keputusan cepat, ambil langkah seribu. Lari lintang pukang. Si serigala yang terikat erat ekornya segera terseret, tubuhnya terbentur-bentur bebatuan.
Kalau keduanya masih hidup hari ini, kedua binatang masih akan kita temukan.
***
Moral lesson:
1.Soal keberanian kadang tidak ditentukan oleh ukuran badan. Psy-war sering lebih berguna untuk berhadapan dengan kekuatan yang lebih baik.
2.Rasa takut berlebihan tidak jarang justru membuat kita tidak bisa mengeluarkan seluruh kemampuan kita. Belajar mengatasi rasa takut adalah hal yang sangat penting.
***
Tertarik dengan seri Chicken Soup for the Soul sebelumnya?
- Seni Poligami sebagai Sarana Mengurus Jiwa
- Kisah Brooklyn Bridge yang Dibangun Hanya dengan Satu Jari!
- Cinta dalam Satu Helai Kumis Harimau
- Sang Pencuri Pembawa Panji Kemenangan
- Semua Ada Maksudnya
- Sebuah Pelajaran untuk Guru*
- Yang Mengejutkan, yang Menyenangkan
- Ketika Murka Meraja Lela
- Manusia Tanpa Kemanusiaannya Jauh Lebih Rendah Daripada Binatang!
- Persembahan Cinta
- Pedulikah Kita pada Mereka yang Cacat dan Malang?
- Pa, Kapan Jari-jariku Tumbuh Lagi?
- Penipuan Berkedok Pelelangan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H