Teori agensi mengajarkan bahwa sumber penggerak untuk melakukan perubahan adalah rasa
[caption id="attachment_148659" align="alignright" width="300" caption="Singkirkan Batunya!!!! Source: http://p6.hostingprod.com/"][/caption] ketergerakan yang menggebu dari dalam diri. Kita akan benar-benar memainkan peran sebagai agen perubahan bila dari dalam diri kita tumbuh suatu semangat menyala-nyala untuk berbuat baik, melayani, dan membantu orang lain.
Sikap dasar macam itu biasanya berawal dari kesadaran kita terkait dengan berbagai persoalan yang ada di sekitar kita. Tanpa kesadaran bahwa ada sesuatu perlu diberesi, jangan harap kita akan mengembangkan sikap dasar agensi macam ini.
Seperti yang telah aku tulis sebelumnya, dongeng merupakan salah satu cara sederhana untuk membentuk sikap dasar kita. Kali ini, melanjutkan seri Chicken Soup for the Soul, aku akan berbagi cerita kecil yang langsung terkait dengan konsep agensi dalam diri kita.
***
Jauh di masa lalu, ada seorang raja yang sengaja meletakkan batu besar di tengah jalan. Kemudian, raja tersebut bersembunyi, tentu sambil mengamati siapa yang memindahkan batu itu.
Beberapa pedagang yang paling kaya dari kotaraja dan juga pejabat tinggi kerajaan hanya memelototi dan mengambil jalan melingkar untuk menghindari batu itu.
Tidak tanggung-tanggung, banyak dari mereka bahkan menyumpah-nyumpah. Mereka menyalahkan sang raja yang tidak becus memerintah.
Tidak ada satu pun yang tergerak untuk mengulurkan tangan untuk memindahkan batu itu. Setelah menunggu lama, lewatlah seorang petani miskin, yang memanggul sayuran dari kebunnya.
Begitu mendekati batu besar tersebut, sang petani tersebut berhenti sejenak. Dia letakkan beban di pundaknya, dan kemudian dengan seluruh kekuatannya dia berusaha menggulingkan batu besar itu.
Akhirnya, sang petani itu berhasil meminggirkan batu itu, dan jalanan menjadi bebas hambatan. Sebelum mengangkat bebannya, kedua bola mata petani itu melihat suatu dompet, yang sebelumnya berada di bawah batu itu.
Di situ ada catatan terima kasih dari sang raja, dan juga sejumlah uang emas. Dengan menyediakan diri melakukan sesuatu untuk sesama tanpa pamrih, sang petani ini sungguh belajar apa yang orang-orang lain tidak pernah pahami.
***
Agar lebih bermakna lagi, mari kita sejenak merenung:
PadaNya aku mohon KEKUATAN
Namun TUHAN justru menganugerahiku KESULITAN untuk membuatku KUAT
PadaNya aku mohon KEBIJAKSANAAN
Namun TUHAN justru menganugerahiku PERSOALAN untuk aku pecahkan
PadaNya aku mohon KESEJAHTERAAN
Namun TUHAN justru menganugerahiku DAYA PIKIR dan OTOT untuk bekerja
PadaNya aku mohon KEBERANIAN
Namun TUHAN menganurahiku BAHAYA untuk aku atasi
PadaNya aku mohon CINTA
Namun TUHAN menganugerahiku ORANG-ORANG SULIT yang harus aku layani
PadaNya aku mohon KEMUDAHAN
Namun Tuhan menganugerahiku KESEMPATAN
Aku tidak pernah menerima yang AKU KEHENDAKI
Namun aku menerima SEMUA YANG AKU BUTUHKAN!
***
Tertarik dengan seri Chicken Soup for the Soul sebelumnya?
- Seni Poligami sebagai Sarana Mengurus Jiwa
- Kisah Brooklyn Bridge yang Dibangun Hanya dengan Satu Jari!
- Cinta dalam Satu Helai Kumis Harimau
- Sang Pencuri Pembawa Panji Kemenangan
- Semua Ada Maksudnya
- Sebuah Pelajaran untuk Guru*
- Yang Mengejutkan, yang Menyenangkan
- Ketika Murka Meraja Lela
- Manusia Tanpa Kemanusiaannya Jauh Lebih Rendah Daripada Binatang!
- Persembahan Cinta
- Pedulikah Kita pada Mereka yang Cacat dan Malang?
- Pa, Kapan Jari-jariku Tumbuh Lagi?
- Penipuan Berkedok Pelelangan
- Perihal Rontoknya Mental Musuh
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H