Mohon tunggu...
Mboten Wonten 2
Mboten Wonten 2 Mohon Tunggu... pegawai negeri -

ATEIS-SEPILIS-MENULIS-EKSIS email : mbotenmboten@yahoo.com sms an : 0821 2300 xxxx

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tinggal Pilih: Dukung Jokowi atau Orde Baru Berkuasa Kembali

6 Mei 2014   02:56 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:49 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13992944751152777669

[caption id="attachment_306149" align="alignnone" width="275" caption="sumber gambar:pdk.or.id"][/caption]

Partai Golkar yang mulanya bernama SekBer Golkar adalah instrumen politik yang awalnya justru didorong oleh Soekarno setelah mengubur partai-partai politik. Diistilahkan sebagai golongan fungsional yang kemudian diubah menjadi Golongan Karya. Oleh Angkatan Darat di bawah Menteri /Panglima AD  Jendral Ahmad Yani, Golongan Karya malah dimanfaatkan untuk menandingi PKI dan anti Soekarno. Setelah Soekarno jatuh,Soeharto membajak Golkar  untuk  hendak menerapkan 'demokrasi pancasila' menurut tafsirnya dalam menyongsong pemilu 1971 dengan mengerahkan mesin birokrasi. Akhirnya pada  pemilu era orde baru ;1971-1977-1982-1987-1992-1997 menjadi ajang rutin yang sudah dimenangkan Golkar bahkan sebelum pemilu berlangsung.

Setelah Soeharto terkapar oleh badai reformasi, Golkar beruntung dapat lolos dari pembubaran, karena banyak sekali kroni-kroni soeharto yang bermetamorfosa sebagai kaum reformis walau gadungan. Dengan dukungan amien rais yang kongkalikong dengan BJ Habibie dan lain-lainnya, maka Golkar dapat berubah menjadi Partai Golkar dan tetap menjadi kekuatan politik yang signifikan. Padahal semua elemen reformis yang telah berdarah darah menuntut pembubaran seluruh kroni-kroni soeharto sama seperti PKI dibubarkan seiring dengan kekuasaan Soekarno yang memudar.

Partai Gerindra lain lagi ceritanya, setelah Prabowo Subianto keluar dari Partai Golkar karena sama halnya dengan mertuanya dulu, Ia tak bisa berada dalam kepengurusan partai politik dimana Ia hanya salah satu kubu di dalamnya. Seperti soeharto, Prabowo Subianto mengidamkan Ia berada di atas partai politik yang dapat dikendalikan sesuai dengan aspirasi sendiri. Untuk mewujudkan hal itu di dalam Partai Golkar tentu mustahil, karena sifat kepengurusan Partai Golkar yang kolektif. Akhirnya  dengan modal dana berlimpah Ia mendirikan Partai Gerindra sebagai Ketua Dewan Pembina (meniru mertuanya dulu yang juga ketua dewan pembina golkar). Sekarang Iapun juga memiliki 'boneka' politik yang dapat menuntaskan hasratnya untuk berkuasa kembali meniru mertuanya dulu.

Sekarang, Partai Golkar dan Gerindra terlihat akan bergabung setelah kemungkinan lain mereka jalan sendiri-sendiri akan kalah telak menghadapi Jokowi. Sambil berharap ada keajaiban ditambah kampanye hitam ke Jokowi, mereka bergabung dan 'siap merebut dan mengisi kekuasaan' dalam istilahnya fadli zon wakil ketua umum Gerindra.

Apakah  mereka pikir, setelah 16 tahun reformasi mayoritas rakyat akan membiarkan orang-orang yang beraroma busuk orde baru mengambil alih negara ini?, apakah dipikir oleh mereka bahwa setelah 32 tahun dalam suasana kebebasan berbicara dikekang dan HAM ditindas maka mayoritas rakyat akan senang kembali ke jaman orde baru? TIDAK dan sekali lagi TIDAK akan pernah membiarkan orde baru bangkit lewat kedua partai ini.

Seperti saat orde baru berkuasa; yang salah dibenarkan dan yang benar disalahkan, demikian lah hari-hari ini berlalu dengan hujan fitnah dan pembohongan terhadap pribadi Jokowi. Serangan demi serangan keji mereka lakukan lewat orang-orang yang mau menari dan tertawa di atas penderitaan orang. Siapapun akan mereka bayar untuk merusak nama baik Jokowi yang sama sekali tak pernah terlibat perbuatan nista. Serangan yang berbau SARA terus menjadi senjata mereka, sama seperti adu domba ala orde baru yang gemar menciptakan musuh di antara sesama anak bangsa agar timbul saling curiga dan permusuhan yang sewaktu-waktu digunakan untuk menciptakan kekacauan dan kemudian mereka sendiri yang muncul sebagai pahlawan yang berhasil menghentikan huru hara yang  mereka buat sendiri.

Sekarang, elemen-elemen reformis 'ORI' tidak bisa hanya berdiam diri melihat genderang perang yang mereka tabuh, saatnya bergerak seperti 1998 untuk menyetop niat bulus mereka berkuasa agar reformasi bisa dituntaskan oleh orang yang sama sekali bersih dari dosa orde baru. Cukup 16 tahun ini saja reformasi maju mundur karena dipimpin oleh orang-orang orde baru yang menyamar sebagai reformis, ke depan reformasi harus dipimpin oleh Jokowi seorang pemimpin bersih-jujur-sederhana-nasionalis agar bisa mulai  meletakkan pondasi menyongsong tahun emas kemerdekaan 2045 menuju bangsa yang adil makmur

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun