Mohon tunggu...
Dewi 237
Dewi 237 Mohon Tunggu... pegawai negeri -

I looooveee,,,MYSELF

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Gara-gara SBY

17 Mei 2014   08:45 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:26 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Sehabis magrib tadi si Bapak menghidupkan TV di ruang keluarga dan memilih channel tv swasta nasional. Lihat Gita Wirjawan yang ganteng sedang diwawancara, saya yang kebetulan lewat langsung ikut nimbrung. Di tv, Gita bilang bahwa dia tidak menyesal mengikuti konvensi sampai selesai meski kalah dan lepas jabatan menteri. Mendengar penuturan beliau yang terdengar berbesar hati, saya dengan spontan berkomentar, “kasihan yaa para peserta konvensi,,”

Si Bapak langsung menyambar, “loh kenapa kasian?mereka pada terima kok Dahlan yang menang.”

“Bukan kasihan karena kalah konvensi capres. Tapi karena karena dikerjain SBY.”, jawab saya.

“Enak aja dikerjain SBY. Jangan sembarangan. SBY itu yang naikin gaji PNS.” Si Bapak pensiunan PNS menjawab dengan nada tinggi.

“Gaji PNS naik itu jasa Gusdur. Lihat, udah capek-capek ikut konvensi capres tapi gak jadi capres eh Demokrat malah sibuk nawarin Abraham Samad sama Sri Sultan. Apa gak ngerjain namanya? Gak kasian, orang udah cari dukungan sana sini, Gita berenti jadi menteri, modal keluar banyak, eh digituin.” Jawab saya gak mau kalah.

“Itu sih kerjaan anak buahnya. Kalo SBY gak gitu. Kalau mereka gak jadi capres ya bukan salah SBY. Salahin tuh orang-orang Demokrat yang pada korupsi masuk penjara.” Si Bapak masih kekeuh membela.

“Trus kenapa pemenang konvensi baru diumumin sekarang? Bukan dari kemaren-kemaren sebelum pileg atau seminggu abis pileg gitu?”

“Itu taktiknya SBY.”

“Taktik apaan?Konvensi capres gak diurus. Katanya pemenang berdasarkan survey elektabilitas, tapi pas debat gak jor-joran di tv. Gimana yang disurvey mau tau kemampuan mereka. Dasar konvensi capres boongan.”

“Kok bohongan? Itu memang sengaja media gak banyak meliput.”

“huuhh,,sengaja darimana?” Jawabku singkat lalu pergi.

Pada pileg 2004 dan 2009 saya beri vote saya untuk PKS, sedang si Bapak pilih Partai Demokrat. Namun untuk pilpres kami berdua kompak percaya pada SBY. Namun kira-kira setahun setelah pilpres 2009, saya menyesal kenapa saya tidak pilih JK. Saya juga menyesal kenapa dua kali pileg tidak golput saja, sayang dulu belum kenal dengan Mas Gatot hihihihi. Tapi si Bapak tetap menjadi fanboy SBY dan Partai Demokrat sampai sekarang. Apapun kebijakan dan program-program pemerintah SBY, si Bapak selalu mendukung. Si Bapak akan memindah channel tv jika di channel itu menanyangkan program acara yang mengkritisi kebijakan SBY, si Bapak akan ngomel, “orang kok bisanya kritik aja, coba dia yang jadi presiden,,,”. Entah apa yang akan si Bapak katakan jika membaca Kompasiana, bisa langsung stroke kali.

Tak lama setelah perdebatan di depan tv, kami bertemu lagi di dapur. Si Bapak bilang, “tuh Rhoma Irama keluar dari PKB. Gara-gara Jokowi itu.”

“ihh,,itu mah Rhoma aja gak tau diri. Rhoma effect apaan, anak nya aja gagal nyaleg.” Kataku.

Tiba-tiba si Ibu nongol, “ini dari tadi rebut aja, kenapa sih?”

“Itu tuh, anakmu dukung Jokowi. Apa bagus nya Jokowi dari PDIP? Padahal 10 tahun kerjaan PDIP cuma jadi musuh SBY.” Jawab si Bapak.

“Musuh apaan? PDIP kan oposan, wajar lah banyak gak setuju sama SBY.”

“Makanya kamu tuh sering-sering denger pidato SBY”

“Idihh,,Ogaaahh” dan aku pun cepat-cepat berlalu.

Sebel dengan sesat pikir si Bapak, saya pun buka laptop dan mulai membaca Kompas.com. Lalu di berita teratas ada SBY yang mengatakan elektabilitas peserta konvensi rendah karena media yang kurang mendukung dan masyarakat yang gak perhatian (artikel disini). Ahhh rasanya makin keki dengan orang satu ini, gedheg to the max!!

Gara-gara SBY, saya jadi sebantahan dengan orang tua. Lalu, saya jadi malas membaca artikel-artikel lain di Kompas.com, ROL, dan pewarta digital lainnya. Nonton berita di tv pun sudah gak tertarik. Indonesian Idol pun jadi tak menarik malam ini, padahal ini malam Grand Final. Pindah ke ILK pun tak bisa merubah suasana hati ini, padahal biasanya liat Cak Lontong dkk ngoceh, saya ngakak mulu ga berenti-berenti. Yang parah adalah porsi makan malam jadi tambah banyak, padahal gak lapar-lapar amat. Segalanya jadi terbolak-balik dan sesat pikir. Ahhh SBY, you really made my day.

Baiklah, selamat malam semuanya. Selamat menikmati hasil konvensi capres Partai Demokrat dan pesona SBY.

Salam 18++

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun