Mohon tunggu...
Rahman009
Rahman009 Mohon Tunggu... Apoteker - Hanya seorang Sarjana Farmasi, yang suka berkarya

Kesehatan, politik, bisnis

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi

7 September 2024   03:15 Diperbarui: 7 September 2024   03:42 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Dalam Sunyi Aku Berbicara

By: Rahman009 

Malam kembali menyelimuti tubuhku yang lelah,
Namun mata ini tak jua terpejam dalam lemah.
Aku terjaga, tertekan oleh harapan yang terlalu besar,
Dari keluarga yang tak pernah melihat hatiku yang retak, terbakar.

Tuntutan mereka seperti beban di pundak,
Setiap langkahku terasa berat, penuh sesak.
Tak ada pelukan yang menenangkan jiwa,
Tak ada kata manis yang bisa membuatku merasa ada.

Aku berdiri di antara bayang-bayang yang dingin,
Berbicara dengan diriku sendiri dalam kesunyian.
Malam menjadi saksi bisu keluh kesahku,
Saat hati ini semakin dalam terjerumus, tak tahu kemana kuharu.

Apakah mereka pernah tahu?
Bagaimana rasanya menjadi diriku yang terus membisu?
Menggenggam harapan yang mulai rapuh,
Sementara cinta yang kudamba tak pernah sampai, tak pernah tumbuh.

Aku bercerita kepada bintang yang jauh di sana,
Tentang mimpi-mimpi yang terpaksa kutinggalkan di sudut mata.
Tentang malam-malam yang penuh air mata,
Saat sunyi menjadi teman, dan aku berbicara pada kegelapan yang sama.

Setiap pagi datang, kuusir segala rasa,
Mengenakan senyum palsu, meski hati terasa luka.
Karena di balik semua ini, yang mereka lihat hanya hasil,
Bukan hatiku yang perlahan hancur, tanpa pelukan yang adil.

Jika saja mereka tahu,
Aku hanya ingin dipahami, dirangkul, dirindu.
Namun yang kuterima hanyalah tuntutan tanpa henti,
Dan kasih sayang yang tak pernah hadir, meski aku berdiri di sini.

Malam terus bergulir, menelan sisa harapku,
Namun aku tetap berbicara, meski hanya pada diriku.
Dalam sunyi yang memeluk hingga pagi,
Aku berharap suatu hari, cinta itu akan datang, menanti.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun