Kabar banyak toko buku yang tutup di Indonesia tentu bukan tanpa alasan, ada sebab dan akibat yang melatarbelakangi itu semua.
Baru - baru ini santer terdengar bahwa toko buku yang cukup tua, Toko Buku Gunung Agung harus menutup semua gerai mereka setelah dikabarkan bangkrut.
Di era digitalisasi produk seperti sekarang ini toko buku harus lebih aware dengan kemajuan zaman atau mereka harus rela menutup bisnisnya.
Trend membaca buku digital dan audio book naik pesat di Indonesia, berdasarkan data dari IKAPI, penjualan atau minat buku digital di Indonesia sudah mencapai 20%.
Artinya transformasi harus segera diupayakan oleh banyak toko buku sebelum akhirnya trend penjualan buku digital meningkat 200% seperti yang terjadi di Finlandia.
Salah satu toko buku yang cukup visioner di Indonesia sejauh ini adalah Gramedia, mereka memberikan 2 pilihan kepada konsumennya untuk memilih mau membaca online atau offline.
Memang di Indonesia bau kertas buku masih menjadi favorit dibandingkan dengan file pdf meskipun simple.
 Sayangnya file pdf resmi sedikit minatnya namun file pdf hasil plagiasi menjadi primadona yang dicari.
ini tentu ironi dibalik tragedi, data dari IKAPI menunjukkan bahwa 50% dari penerbit di Indonesia bukunya di bajak.
Tentu ini menjadi alasan yang sangat kuat mengapa banyak toko buku resmi seperti Gunung Agung harus menutup gerai mereka.