Arti Merdeka
Indonesia sudah menyatakan kemerdekaannya lebih dari 71 tahun. Memang sudah terasa arti kemerdekaan itu bagi sebagian rakyat Indonesia. Ya, hanya sebagian yang merasakan nikmatnya merdeka. Masih banyak jutaan orang yang belum merdeka seutuhnya. Angka kemiskinan dan pengangguran yang menyentuh angka puluhan juta itu adalah bukti nyata bahwa kemerdekaan belum mengakar ke seluruh elemen manusia di bumi tanah air ini.
Merdeka sejatinya adalah sebuah kemandirian. Mandiri dari segi berfikir, bertindak dan memilih. Salah satunya adalah memilih dari sisi ekonomi. Ekonomi Indonesia sudah selayaknya menjadi kemandirian utama yang harus diraih oleh bangsa ini. Hal tersebut sangat mungkin dapat dicapai. Alasannya mudah, negeri ini adalah negeri yang kaya raya katanya. Segala sumber daya ada di sini. Sampai muncul sebuah istilah negeri ini adalah tanah surga. Namun, apakah sudah semua potensi itu termanfaatkan?. Belum, potensi itu masih menjadi sebuah potensi semata. Perlu banyak tangan yang terlibat untuk menggali potensi tersebut menjadi sebuah nilai yang mempunyai arti.
UMKM adalah jantung ekonomi
Ada satu aktor penting yang dipercaya dapat mewujudkan hal itu semua. Aktor tersebut bernama pelaku UKM. Mereka adalah jantung ekonomi Indonesia. UKM memberikan kontribusi 57,9 persen terhadap PDB Indonesia dan menyerap 97 persen dari pekerja nasional. Jumlah pelakunya juga fantastis, Badan Pusat Statistik menunjukkan di seluruh Indonesia terdapat lebih dari 50 juta UKM. Angka yang melampaui jumlah kemiskinan dan pengangguran yang ada. Hal yang perlu dilakukan adalah membantu mereka pelaku UKM tersebut untuk mandiri.
Faktor pengetahuan (knowledge) sesungguhnya menjadi persoalan utama. Pengetahuan berbisnis dan marketing sangatlah penting bagi UKM. Banyak pelaku UKM dengan bermodalkan “ide” dan modal minim, namun dengan sentuhan pengetahuan, bisnisnya semakin berkembang. Namun, The biggest painyang dirasakan oleh kebanyakan pelaku UKM adalah permodalan/pembiayaan. Permodalan menjadi kebutuhan penting yang harus segera dipenuhi. Akan tetapi, untuk mendapatkan permodalan pun tak mudah. Persyaratan yang beragam dan jaminan yang harus dipenuhi menjadi isu utama terkait bagaimana pelaku UKM bisa mendapatkan pinjaman. Permasalahan kedua adalah sumber dana. Tidak banyak pilihan sumber dana yang dimiliki oleh pelaku, sehingga terkadang malah terjebak dengan skema peminjaman yang merugikan. Selama ini yang banyak digunakan adalah mekanisme pembiayaan yang disediakan oleh bank dimana disyaratkan adanya agunan dan tak semua orang dapat mengakses hal tersebut (unbankable person). Oleh karenanya, menjadi penting adanya sebuah terobosan untuk mendisrupt sistem yang ada saat ini.
Senjata baru
Ada sebuah konsep menarik bernama peer to peer lending,yaitu praktek meminjamkan uang kepada individu yang tidak berhubungan, tanpa melalui perantara keuangan tradisional seperti bank atau lembaga keuangan tradisional lainnya. Pinjaman ini berlangsung secara online pada website perusahaan pinjaman peer-to-peer menggunakan platform pinjaman yang berbeda dan berbagai alat kredit untuk menghitung credit rating.
Dalam menentukan suku bunga pun cukup unik dimana suku bunga ditentukan menggunakan reverse auction model. Pihak pemberi pinjaman dapat dianggap sebagai seeder yang melakukan penawaran suku bunga atas proposal yang diajukan oleh calon peminjam. Tidak seperti bank, yang mengambil deposito dan memberikan pinjaman kepada konsumen dan bisnis, P2P Lending tidak mengambil deposito. Oleh karena itu, mereka tidak mengambil resiko ke neraca mereka. Juga tidak memiliki penghasilan bunga, melainkan menghasilkan pendapatan dari provisi dan komisi yang diterima dari peminjam dan pemberi pinjaman / investor. P2P lending umumnya memperbarui algoritma risiko-model yang mendukung pendekatan credit scoring mereka lebih sering daripada di bank.
Selain itu terdapat banyak pilihan jenis modal pinjaman dan salah satu yang paling menguntungkan untuk para pengusaha pemula adalah tidak adanya agunan yang memberatkan seperti kebanyakan lembaga keuangan lainnya. Walaupun sistemnya orang per orang namun lewat sistem peer to peer memungkinkan Anda sebagai debitur untuk meminjam dalam jumlah besar dan tidak perlu bersumber hanya dari satu orang saja. Seluruh sistem peminjaman diatur oleh perusahaan pengelola sehingga Anda tidak perlu pusing-pusing mencari investor karena semua proses pencarian dana yang diajukan dilakukan langsung oleh pihak perusahaan penyedia jasa peer lending. Dan tentunya sistem peer to peer memiliki risiko yang relatif rendah jika dibandingkan dengan sistem pinjaman
Ada beberapa pejuang startup yang coba berkontribusi untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan menawarkan layanan P2P lending dengan berbagai target market. Salah satu yang unik adalah Koinworks. KoinWorks menyediakan sebuah platform yang menjadi tempat bertemu bagi pendana maupun peminjam. Koinworks menyatakan diri sebagai pionir P2P lending di Indonesia. Pendiri dari inisiasi ini adalah Benedicto Haryono yang bermisi untuk untuk bersama membangun Indonesia melalui platform peer-to-peer-lending. Ya, bergerak dahulu untuk menyelesaikan masalah besar yang ada di Indonesia.