Mohon tunggu...
Muhammad Bayu Pratama
Muhammad Bayu Pratama Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa ITB

Pembelajar yang mencoba menyampaikan pandangannya terkati permasalahan yang ada di sekitarnya Terlibat dalam Pers Mahasiswa ITB dan Kader Surau ITB

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jusuf Kalla: Beda Periode, Gestur Politik Tetap Sama

20 Oktober 2016   20:30 Diperbarui: 20 Oktober 2016   23:00 620
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menarik menelisik gaya politik bapak Jusuf Kalla atau yang akrab disapa dengan sapaan JK. JK yang telah menjalani karir politiknya semenjak tahun 1965 atau pada saat karir perdananya sebagai  Anggota DPRD Sulawesi Selatan dari Sekber Partai Golkar, memiliki gaya yang khas di mata teman dan lawan politiknya. Karakter JK yang sederhana, ramah, bersahaja, dan juga terkadang out of the box bukanlah suatu karakter yang memancing kebencian di antara teman dan lawan politiknya. Tutur kata yang legowo dan tampil apa adanya menjadikan JK sebagai sosok yang mudah dikenali dalam perpetaan politik Indonesia. Tokoh senior ini sering menjadi panutan bagi anak muda terutama untuk para pemuda di Indonesia Bagian Timur untuk berkarir di dalam dunia politik dalam negari.

Gaya Khas Berpidato : Berbobot walaupun Ceplas-Ceplos 

Pria yang dilahirkan di Watampone, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan mempunyai kebiasaan yang unik sebagai seorang politisi terutama pada saat berstatus sebagai Wakil Presiden baik pada saat mendampingi SBY maupun sekarang saat mendampingi Jokowi. Kebiasaan tersebut adalah sikap spontanitas pak JK pada saat menyampaikan pidato kenegaraan maupun kegiatan-kegiatan lainnya yang bersifat formal. Biasanya di negara mana pun, ada tim yang mem-back up Presiden atau Wakil Presiden di dalam pembuatan naskah pidato. Naskah pidato yang dibuat oleh tim sering dicampakkan pria asal Bone tersebut.

 Alasan yang begitu sederhana yang sering disampaikan oleh Pak Kalla ketika menolak naskah pidato yang dibuatkan oleh tim. "Isinya cuma copy dan paste saja dari pidato-pidato sebelumnya", ujar pria yang telah menginjak usia ke-74 tahun. Pak Kalla senatiasa menyesuaikan gaya berbicara, kosa kata yang digunakan, dan  isi yang disampaikan sesuai dengan pendengarnya masing-masing. Walaupun terkadang ejaan katanya yang memang kental dengan cita rasa Makassar-nya, jarang para pendengar yang mengantuk dengan pidato yang disampaikan oleh Pak JK. Improvisasi inilah yang sejatinya menandakan bahwa JK tidak pernah 'mati' di dalam menyampaikan ide-idenya.

Bagi Peter L. Berger (1966), pakar sosiologi, melalui sosiologi pengetahuan, bahasa tubuh pun menampilkan realitas subyektif yang dibangun dari struktur kesadaran manusia yang telah melalui aliran sejarah dalam hidupnya. Artinya setiap bahasa tubuh yang tampil dalam interaksi sebenarnya menggambarkan struktur kesadaran subyektif manusia. Sebaliknya, melalui bahasa tubuh ini bisa ditafsir kesadaran subyektif yang paling original dari subyek manusia dan realitas apa yang sedang dikonstruksikan. Cara pak JK berpikir dan mengungkapkan idenya menjadi pemikat bagi lawan maupun kawan politiknya. Salah satunya menjadikan pak Kalla sebagai wakil presiden di dua periode kepemimpinan.

Kisah Pak Kalla : Politisi Saudagar 

Kisah perjalanan Pak Kalla kecil yang diceritakan dalam film Athirah tentunya memunculkan rasa ingin tahu bagi masyarakat Indonesia tentang seperti apa perjuangan pak Kalla. Karir berorganisasinya pun terus meningkat sehingga membuat putra dari Ibu Athirah ini pada akhirnya mengembangkan kemampuannya di dalam berwirausaha. Menjadi direktur utama di 6 perusahaan miliknya sendiri membuat Pak Kalla semakin matang di dalam menangani permasalahan-permasalahan ekonomi yang bersifat makro. Selain itu, pak Kalla yang begitu bersehaja kepada siapapun dengan mudahnya menarik simpati orang-orang di sekitarnya.

 Dalam ranah partai politik, JK mampu menarik simpati anggota Golkar yang membuatnya sebagai ketua Golkar terpilih pada tahun 2004-2009. Bersamaan dengan statusnya sebagai ketua partai, JK pada akhirnya berpasangan dengan SBY yang membuat mereka terpilih sebagai Presiden dan Wakil Presiden di era perdana pemilu pasca reformasi. 

Keahliannya sebagai seorang pengusaha dan kesehajaannya di dalam berpolitik membuat JK dengan mudah menjadi politisi saudagar yang ahli dalam bidang perekonomian makro negara Indonesia. Gebrakan-gebrakan beliau pada saat memimpin menjadikannya sangat dinanti oleh presiden mana pun.

Nampaknya status wakil presiden yang harus mampu mengisi kekosongan sang Presiden, menjadikan JK sering berubah-ubah di dalam menampilkan gaya berpolitiknya. Pada saat menjadi wakil pada periode SBY, JK menampilkan diri sebagai sosok yang sering dikatakan oleh para pengamat sebagai the real president. Namun, hal tersebut tidaklah terlalu menjadi masalah bagi SBY sendiri. Pak JK tetap menampilkan gestur politiknya yang bersahaja dan ramah kepada kawan maupun lawan politiknya. 

Sedangkan, ketika menemani Presiden Jokowi, JK yang terpaut 19 tahun dengan Jokowi, nampaknya tidak menampilkan perannya seperti pada periode Presiden SBY. JK berbicara dan tampil hanya pada saat tertentu saja. Jokowi lah yang berperan lebih besar di setiap problematika bangsa ketika harus menyampaikan kepada awak media. Apa yang sebenarnya terjadia dengan gestur politik pak Kalla saat ini? Patut dinanti bagaimana gestur politik Jusuf Kalla ke depannya akan seperti apa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun