Mohon tunggu...
Ika Rahma
Ika Rahma Mohon Tunggu... Wiraswasta - guru yang masih terus belajar

http://mbakyul.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Stop Membela yang Salah

3 November 2014   17:48 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:48 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sekarang ini, orang tua Muhammad Arsyad pastilah bangga terhadap anaknya itu. Pasalnya karena ulahnya secara tidak disangka-sangka dia bisa bertemu Pak Presiden di Istana Negara. Sebuah keistimewaan yg belum tentu bisa dirasakan semua rakyat Indonesia. Biasanya sih putra-putri berpestrasi yg mendapat kehormatan diundang jadi tamu di istana negara. Nah si Arsyad ini mungkin juga termasuk" berpestrasi", jadi orang tuanya mendapat kehormatan beretemu pak presiden.Bahkan ada yang memberi bantuan juga.

Kalau biasanya pelaku kejahatan dicaci maki, yang ini justru dibela mati-matian oleh sebagian orang. Alasannya si Arsyad ini adalah rakyat jelata yg mungkin cuma iseng mengunggah foto yg tidak pantas. Mungkin kalau si Arsyad ini anak orang kaya atau anak pejabat akan lain lagi ceritanya. Dukungan untuk Arsyad datang dari berbagai pihak. Mulai rakyat kecil sampai politisi. ada juga yang membanding-bandingkan dg apa yg dialami mantan presiden SBY. Banyak yg berpendapat bahwa Jokowi seharusnya belajar pada SBY tentang bagaimana menghadapi penghinaan seperti ini. Seperti diketahui, SBY berkali-kali mendapat hinaan di dunia maya tetapi tidak sampai memperkarakan secara hukum. Lha kalau kesalahan-kesalahan seperti itu dibiarkan maka masyarakat akan terbiasa berbuat salah. Mereka tidak akan berfikir panjang sebab tindakan penghinaan seperti itu dianggap sebagai hal yg wajar. Lha wong yg dihina juga diam saja.

Ini adalah sebuah fenomena yg cukup membuat miris ketika seorang yg jelas-jelas berbuat salah justru medapat pembelaan yg luar biasa. Kalau yg berbuat itu anak kecil yg belum bisa berfikir jernih mungkin tidak masalah. Lha ini orangnya sudah cukup dewasa untuk memahami mana yg baik dan man yg buruk. Yang ditakutkan nantinya akan banyak tindakan seperti yg dilakukan Arsyad karena dirasa sebagi hal yg biasa-biasa saja.

Kemiskinan tidak seharusnya dijadikan alasan untuk melakukan kejahatan. Tidak harus punya uang dan jabatan untu mengetahui mana yg baik dan mana yg buruk. Menurut saya tidak seharusnya pelaku kejahatan seperti arsyad ini mendapat pembelaan yg berlebihan. Kalau penjahat diperlalukan bak pahlawan maka tidak ada efek jera bagi mereka.

semoga kasus ini menjadi pelajaran bagi kita semua agar lebih berhati-hati beraktifitas di dunia maya. Mari kita membela yg benar, bukan membela yang salah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun