Mohon tunggu...
Ika Rahma
Ika Rahma Mohon Tunggu... Wiraswasta - guru yang masih terus belajar

http://mbakyul.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Angkutan Pedesaan, Riwayatmu Kini

25 Maret 2016   12:52 Diperbarui: 25 Maret 2016   13:12 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam perjalanan berangkat ke tempat mengajar, seringkali saya mengamati suasana sekitar yang selalu ramai di pagi hari. Ada banyak hal yang berubah dari tahun ke tahun. Salah satu yang cukup menarik perhatian saya adalah mulai punahnya angkutan pedesaan atau yang biasa disingkat menjadi Angdes. Kendaraan umum yang satu ini sepertinya tidak lama lagi akan menghilang dari jalanan di daerah.

Punahnya angdes yang tinggal menunggu waktu  ini tak lepas dari semakin banyaknya pengguna sepeda motor. Jika dulu anak sekolah banyak yang berangkat menggunakan angkutan umum, sekarang ini fenomena tersebuty sudah amat sangat jarang kita temui. Anak-anak sekolah usia SMA  bahkan SMP dengan gaya khas anak mudanya, membanjiri jalanan di daerah. Meskipun pihak sekolah melarang anak didiknya mengendarai sepeda motor sendiri ke sekolah, nyatanya hal tersebut tidak membuat jumlah pengendara motor dari kalangan pelajar mengalami penurunan. Bahkan, semakin hari justru semakin bertambah. Biasanya para pelajar tersebut menitipkan sepedda motornya di rumah warga yang dekat dengan sekolah.

tidak hanya anak sekolah saja yang mulai enggan menggunakan angkutan umum. Kalangan umum pun juga mulai ikut-ikutan meninggalkan angkutan umum. Beberapa kali saya lihat angkutan pedesaan  yang hanya berisi 2 bahkan satu penumpang saja. Nyaris tak ada lagi kumpulan orang yang menunggu datangnya angdes di pinggir jalan.

Mungkin mengendarai motor dianggap lebih efisien bagi sebagian besar masyarakat. Apalagi sekarang ini orang bisa dengan mudah memiliki sepeda motor meskipun hanya punya danan yang terbatas.

Saya jadi ingat masa-masa sekolah saya dulu dimana setiap pagi saya menunggu datangnya angdes di perempatan dekat rumah. Setiap pagi harus berdesak-desakan dengan para pelajar lainnya yang juga menggunakan angdes untuk menuju sekolahnya. Tak jarang para pelajar laki-laki berdiri di pintu demi mengejar waktu agar tidak telat masuk sekolah.

Magetan, 25 Maret 2016,  

edisi mengenang masa lalu.

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun