Beberapa waktu yang lalu saya mengantar saudara ke balai desa untuk mengambil jatah beras raskin bantuan dari pemerintah. Di desa saya birokrasinya tidak ruwet sehingga proses pengambilannya lancar tanpa kendala.
Besoknya saudara saya itu menceritakan kalau beras yang didapat dari pemerintah tersebut tidak layak dikonsumsi. Saya kira sudah banyak juga yang memberitakan masalah ini. Padahal kan mereka juga tidak mendapatkannya secara gratis. Kalau gak salah waktu itu saudara saya harus menebus beras tersebut dengan harga 24 ribu.
Lalu siap yang harus disalahkan kalau sudah seperti ini? Yang pertama disalahkan pastilah presidennya. Padahal saya yakin Pak Presiden juga tidak menginginkan hal miris seperti ini terjadi. Ya begitulah negeri ini. Penuh dengan orang-orang tamak yang tega memakan jatah orang kurang mampu. Jangankan beras, aspal saja dimakan. Tapi saya suka gemes kalau mikirin masalah kayak begini.
Betapa teganya oknum-oknum yang ditugasi mengurusi pengadaan berasuntuk rakyat miskin ini. Kalau niatnya mebantu kenapa malah memberikan sesuatu yang bahkan tak layak dikonsumsi. Saudara saya bilang kalau beras itu harus digiling lagi supaya setidaknya bisa dimakan. Meski begitu dia sendiri merasa tidak tega memberi makan anaknya dengan beras tersebut.
Itulah sebabnya kenapa banyak penerima beras bantuan yang kemudian menjualnya ke pedagang. Lalu untuk apa pedagang membeli beras tak layak konsumsi itu? Kalau di desa biasanya beras tak layak seperti digunakan untuk "buwuh" alias menyumbang orang yang sedang hajatan.Harganya memang lebih murah dari beras yang normal. Makanya tak sedikit yang membeli beras tak layak ini.
Padahal kan tujuan pemerintah memberi beras itu supaya warga yang kurang mampu tidak perlu bingung lagi membeli beras. Saya tidak tau siapa pihak yang sebenarnya patut disalahkan dalam hal ini. Namun betapa hinanya orang-orang yang tega memanfaatkan jatah warga kurang mampu untuk memperkaya diri sendiri.
Tujuan pemerintah sebenarnya bagus, tapi kalau oknum yang diberi amanah tidak bertanggung jawab pasti tujuan pemerintah tidak akan tercapai. Sungguh perlu kesadaran tinggi untuk mengubah mental tamak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H