Album Stinky 'Mungkinkah' yang telah rilis pada tahun 1997 masih asyik didengar dan dinyanyikan bersama. Rasanya, petikan piano seakan memantik hati untuk bergumam perihal kerinduan. Sebuah hasrat untuk bersama---saling memeluk dan menyebut sebuah nama keabadian.
Siluet senja, sebentar lagi tenggelam. Ia mengekalkan sebuah pertemuan atas nama janji. Sebuah harapan yang tak ingin disekat oleh ruang dan waktu. Dan, bagaimana bila siluet ini menjadi titik akhir perihal panorama keluarga atas nama waktu.
Baru kemarin, kami mengenalkan langkah---tempat bersenandung menjemput masa depan. Gerbang harapan adalah pintu utama sebagai pijakan perihal hidup. 'Selamat Datang' ucapan sederhana---penuh makna. Betapa, sambutan merdu akan mengantarkan mimpi-mimpi suci yang saling berkejaran. Ia seringkali memporakporagandakan imaji.
Duduk di antara kursi harapan, kami saling bertatap. Mengukir janji bisu yang tak terbaca dan tak terdengar. Hati adalah bisikan paling lirih, kala benar mata terpenjam dan bibir membisu.
Rerintih rasa dan jiwa mengalun memenuhi kalbu. Ada doa yang dipanjatkan kala siang menjemput masa depan, kala sore menikmati masa depan, dan malam merefleksikan masa depan. Engkau yang mengeja tak cukup tahu bagaimana tentang masa depan. Ia berjalan tertatih-tatih---goda gelombang, siapa yang bisa menghindar?
Mungkinkah. Adalah keraguan perihal segala hal. Harap-harap mungkinkah adalah suara hati yang tak ingin beranjak.
Mungkinkah. Selalu bertanya, mempertanyakan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H