Suci Ayu Latifah
Mahasiswi STKIP PGRI Ponorogo
Lilik Khusnul Khotimah, bersama Nina Nur Halisa, Siska Juliana, dan Tri Rossy turut meramaikan lomba kreasi nasi goreng. Mereka adalah pelajar perwakilan dari kelas XI IPS. Bertempat di ruang laboratorium IPA SMAN 1 Jetis Ponorogo, yang kini juga dijadikan dapur tata boga dual track, keempat pelajar itu berkreasi membuat nasi goreng buah naga, (18/4) yang lalu. "Ini cipta baru nasi goreng ala kami. Semoga juri suka," ungkap Lilik saat ditemui.
Nasi goreng buah naga menjadi menu baru dengan sajian menarik kala peringatan Kartini tahun ini. Lilik menceritakan, cukup mudah membuat nasi goreng tersebut. Hanya tambahan jus buah naga tanpa gula. Jus dimasukkan ke dalam wajan usai menumis bumbu, lalu diaduk hingga merata.
"Cantik. Nasi yang awalnya putih menjadi merah muda. Rasanya manis-manis pedas," katanya.
Tak hanya nasi goreng buah naga, kreasi juga dilakukan oleh perwakilan kelas lain. Ada yang membuat nasi goreng see food, nasi goreng tombo luwe, nasi goreng udang, dan nasi goreng lainnya. Lomba kreasi itu, dilengkapi minuman yang unik.
"Menu utamanya semua nasi goreng. Perbedaannya terletak pada kreativitas sang koki. Ada yang memanfaatkan buah naga, telur dadar, sayuran, timun, hingga hiasan lain yang mampu menarik hati juri," cerita Nada, salah satu siswa kelas XI.
Ide kreatif dari kepala sekolah itu bertujuan untuk mengembangkan kreativitas siswa dan menumbuhkan budaya berbudi pekerti luhur. Sehingga, semua siswa harus terlibat penuh dalam rangka hari Kartini.
Ulfa Ni'matil Hasanah, Koordinator Open Class menuturkan, siswa yang tidak ikut lomba kreasi memasak, disibukkan dengan lomba open house and creativity challenge. Yaitu membersihkan dan menata kelas. Kelas dipermak secantik mungkin dengan hiasan, seperti bebunga, tempelan kertas warna, dan lainnya.
"Ibaratnya, kalau kita akan menerima tamu, rumah dibersihkan, ditata dan dihias seindah mungkin," ungkap Ulfa.
Pihaknya menambahkan, lomba tersebut beriringan dengan kreasi memasak. Karena, penyajian dan penilaian memasak dilakukan di kelas masing-masing. Juri adalah tamu. Sedangkan, siswa adalah pemilik rumah yang akan menerima tamu.
 "Semua siswa kreatif dan inovatif. Dalam rangka ini mereka juga diajarkan kepiawaian saat menyambut, menemani, dan menjamu tamu," ungkap salah seorang guru.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H