"Ibu, apakah bubur gula jawa sudah masak? Aku rindu, ingin bertemu Bapak kalau kemarin aku mendapat nilai 100 di mata pelajaran Bahasa Indonesia," ucap Dina bersiap-siap sembari mengambil piring motif bunga-bunga.
Kala bubur gula jawa itu terhidang di meja, Dina mengaduk-aduk bubur itu hingga muncul wajah Bapaknya.
Tak ada yang melarang, tatkala Dina selalu menyebut Bapak, setiap kali sarapan bersama gula jawa. Harap, wajah Bapaknya datang, kemudian makan bersama, nikmat bubur gula jawa buatan ibu. Dan benar, pagi itu ia kembali menikmati wajah Bapaknya di piring bubur. Tersenyum, dan kadang berbicara yang tak bisa didengar.
"Bapak, kembali Dina menikmati setiap sendok bubur gula jawa kental. Bapak tahu, aku setiap pagi selalu akan meminta Ibu membuatkan makanan kesukaan Bapak. Supaya setiap pagi aku bisa menatap Bapak semu," tutur Dina di piring bubur.
#bersambung!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H