Akan tetapi, Atun tidak mau lantasan hutang yang kemarin belum dibayar masa harus hutang lagi. Guntur yang duduk-duduk bersama Vino di luar mendengar perdebatan itu. Guntur masuk ke dalam dan mengambil uang yang ia miliki dan memberikan kepada Atun. Atun mengucapkan terimakasih.
      "Terimakasih ya, Tur. Tapi maaf sebelumnya ya, memang seperti inilah keadaannya" kata Atun pada Guntur.
      "Ahh...Tur. Kamu ini malah merepotkan saja" kata Darwin merasa tidak enak.
      "Sudahlah, Mas!" jawab Guntur singkat. Guntur kembali duduk di bangku depan bersama Vino yang sedang serius menghitung bintang.
***
Dinginnya pagi terasa ngilu dipersendian. Kabut putih pagi itu menghalangi pandangan Guntur dan Darwin untuk melangkahkan kakinya mencari pekerjaan di pasar. Suara ramai pasar memang menjadi khas tersendiri. Para pedagang mulai berdatangan. Mereka menawarkan dan menjual barang dagangannya kepada pembeli. Sapaan, candaan, rayuan hingga tawar menawar menjadi kebiasaan mereka. Mereka saling berpacu untuk menarik perhatian pembeli untuk membeli barangnya.
Pagi itu, Guntur dan Darwin bekerja sebagai kuli pasar. Mereka mengangkat-angkat barang yang datang dari pinggir jalan menuju dalam pasar. Pekerjaan berat itu mereka lakukan setiap pagi demi memenuhi tuntutan hidup. Suatu ketika saat Guntur beristirahat duduk-duduk didepan toko meubel, ia teringat akan selembar kertas lowongan pekerjaan yang ia dapat di pelabuhan dua minggu yang lalu.Â
Sesampainya di rumah, ia segera membersihkan badan dan berpakaian rapi dengan membawa surat lamaran. Tak lupa ia membawa surat pengalaman ia bekerja sebelumnya. Sebelum ia menikah dengan Aminah, ia bekerja di perusahaan terbesar di Banjarmasin. Perusahaan Budi Jaya Agung adalah tempat ia bekerja sebagai kepala pemasaran pakaian. Tugasnya hanya mengecek jumlah barang impor/ekspor dan mengawal pengiriman barang.
Satu tahun bekerja, ia menikah dengan Aminah. Akan tetapi, delapan bulan setelah pernikahan itu, perusahaan tempat Guntur bekerja mengalami kebangkrutan. Itulah yang menjadi alasan mengapa Guntur di PHK. Setelah kejadan itu, Guntur dan istrinya membuka toko kue. Kebahagian kini tercipta diantara mereka. Lahirlah seorang bayi laki-laki yang lucu, yang diberi nama Vino.Â
Tetapi, kebahagian itu mulai lenyap. Kanker telah menggerogoti tubuh Aminah. Setelah sepeninggal Aminah, Guntur tidak dapat melanjutkan membuka toko kuenya, sehingga kini toko kue tersebut dijual kepada orang. Dengan bekal pengalaman itulah, kini Guntur memberanikan diri untuk mengisi lowongan di Surabaya.
Guntur berusaha mencari alamat kantor tersebut. Tapi alamat tersebut tak ia ketemui. Padahal matahari mulai menggelapkan dunia pertanda malam akan tiba. Tepat di pukul 17.30, ia masih mencari alamat tersebut tiba-tiba terdengar suara petir. Ia mulai panik apabila akan turun huja. Dari arah selatan ia melirik langit yang tak lagi bersahabat.