Melalui proses pemaknaan tersebut, kita mampu mengontrol diri, serta tahu bagaimana cara kita memecahkan suatu permasalahan yang terjadi, atau mungkin pernah terjadi, dan terjadi kembali di kemudian hari. Dalam hal ini disebut dengan membaca pengalaman. Artinya, seseorang belajar membaca kejadian atau fenomena yang sudah pernah terjadi sebagai pembelajaran agar tidak terulang di kemudian hari. Dengan kata lain, mampu melakukan perubahan-perubahan yang akan mendewasakan diri.
Pengalaman adalah guru terbaik (Experience is the best teacher). Mendengar istilah berikut mengisyaratkan, sebuah pengalaman merupakan sarana untuk menyelesaikan masalah. Namun, tentunya harus ditimba dari kegiatan fisik seseorang atau sebuah aktifitas. Hakikatnya, pengalaman didapatkan dari sebuah hasil kerja. Bukan dari khayalan atau mimpi, maupun mendengarkan ceramah.
Namanya pengalaman adalah sesuatu yang sebelumnya pernah terjadi. Biasanya berupa persoalan hidup seseorang, baik pengalaman pahit maupun pengalaman manis. Untuk itu, membaca pengalaman juga tepat untuk dijadikan cerminan cara menyelesaikan permasalahan.
Dengan demikian, tidak ada alasan lagi untuk tidak membaca, membaca, dan membaca. Kendati, seseorang yang mau bergerak untuk menimba ilmu misalnya, akan membuahkan hasil yang baik untuk masa depannya. Sebab, tidak akan ada perubahan dalam diri seseorang, apabila hanya diam saja menunggu aba-aba, atau menunggu siluet dibunyikan, ataupun menunggu kenthongan ditabuh.Â
Mereka yang peka adalah mereka siap mendobrak dirinya untuk keluar dari jaring-jaring masalah dan kemiskinan. Miskin ilmu, miskin pengetahuan, dan miskin harapan. Mari, bersama-sama membaca untuk kehidupan yang lebih baik dan menyelesaikan permasalahan hidup dengan baik pula!*
Mahasiswi STKIP PGRI Ponorogo, aktif dalam program SLG Ponorogo.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H