Mohon tunggu...
Suci Ayu Latifah
Suci Ayu Latifah Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Satu Tekad Satu Tujuan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Solilokui Rembulan

22 Desember 2018   17:57 Diperbarui: 24 Desember 2018   15:52 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salam puisi! Kukabarkan padamu puisi yang mampu menggetarkan jiwa, melembutkan hati, menyehatkan pikiran. Puisi adalah bahasa hati. Kau tahu, lewat puisi aku belajar. Karena puisi adalah catatan kehidupan.

Berikut ini adalah puisi hati seorang dosen kepada mahasiswanya. Dibacakan dengan hati, lewat bahasa hati. Berjudul Solilokui Rembulan. Dibacakan oleh seorang dosen, sekaligus ayah dari mahasiswa-mahasiswinya. Beliau adalah Sutejo. Seorang sastrawan, budayawan, penulis, pakar literasi.

Semoga puisi spontan beliau yang dibacakan dalam acara Bulan Purnama STKIP PGRI Ponorogo, mampu menggerakkan kita untuk hidup, bangkit, dan semangat.

Berikut puisi Solilokui Rembulan Karya Sutejo SSC.

Solilokui Rembulan

: Surat cinta rembulan pada kegelapan

Aku hanyalah cahaya
Semu yang kupantukan dari matahari
Bagaimana kau membayangkan
Aku bisa lindap dan mampir di tubuh kegelapan
Karena kegelapan adalah malam yang ingin kusentuh dari cahayaku

Rembulan adalah hinggap di antara pepohonan
Lindap di antara ranting, dedaunan
tapi sirna oleh kegelapan

Bagaimana akan kukenalkan kepadamu
Ketika cahayaku, ketika cahaya rembulanku
 tak mampu mengeja tentang huruf abjad cinta yang hanya kau pahami
Satu kata
Dua kata
Tiga kata
Empat kata
Dan yang sering kueja adalah lima kata

Akan kubimbing kamu
Saksikan oleh Pramoedya yang melukis cinta
"Kemanusiaan atas nama bersama"

Aku hanyalah rembulan
yang semu cahayaku bukanlah matahari
Kata rembulan tak punya daya sentuh dan daya menghidupkan
Aku hanyalah semu cahayaku, bagimu,
Mahasiswaku, Untuk apa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun