Untuk itu, kita harus (i) menentukan tujuan membaca, (ii) preview artinya membaca selayang pandang, (iii) membaca secara keseluruhan isi bacaan dengan cermat sehingga kita dapat menemukan ide pokok yang tertuang dalam setiap paragrafnya, dan (iv) mengemukakan kembali isi bacaan dengan menggunakan kalimat dan kata-kata sendiri (Suyatmi, 2000:45).
Keempat proses di atas, tidak semata-mata dilakukan sekali saja, tetapi harus berulang-ulang hingga kita mencapai puncak kemahiran. Coba bayangkan kalau hal itu dapat diterapkan di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat kita. Maka tak berapa lama lagi lahirlah insan-insan unggul dalam dunia literasi.
Demikianlah, bermula dari serakah membaca, kemudian belajar dari kisah Winston Churchill dan Gus Dur mampu membuat perubahan penting di hidupnya, dan terakhir mengusai proses membaca yang baik. Maka tidak diragukan lagi, judul artikel di atas patut direnungkan. Sejatinya, kalau ingin menjadi penulis, ya membaca. Kalau tidak membaca, apa yang mau ditulis? Seperti kutipan Hernowo, "Penulis yang baik, karena ia menjadi pembaca yang baik."
Suci Ayu Latifah, mahasiswa semt.7. Tulisan terinspirasi dari beberapa penulis opini di koran Kompas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H