[caption id="attachment_387115" align="aligncenter" width="222" caption="kado waktu ulang tahun dari istri tercinta di peluk erat (dokumen ida irianto)"][/caption]
Minggu pagi itu saya sudah bersiap untuk mengantar ibu ke pasar, kebetulan saya sudah hampir seminggu berlibur di Madiun. Ketika suara berita di TV ONE cukup jelas dan kencang mampir di telinga saya.
“Pesawat Air Asia QZ8501 yang dipiloti Kapten Irianto dinyatakan hilang dan belum berhasil diketahui keberadaannya sampai sekarang....”
Seperti disambar petir dan spontan saya berbalik untuk memperjelas apa yang saya dengar. Serta-merta badan saya terasa melayang dan kepala berkunang-kunang seperti mau pingsan. Ternyata pilot pesawat yang hilang itu adalah suami dari sahabat saya sejak SMA yaitu, Widya Sukati Putri (Ida panggilannya).
Ingatan saya melayang sekitar bulan Juni lalu, ketika saya bertandang ke rumah Ida di wilayah Pondok Jati Sidoarjo. Waktu itu suaminya, Irianto – sedang tidak “terbang” dan kami sempat berbincang hangat karena hampir 25 tahunan tidak bertemu walaupun saya beberapa kali berkunjung ke kediaman mereka. Profesinya sebagai pilot komersial dari Air Asia memang cukup menyita waktu. Dari 4 hari dinas setiap minggunya, 3 hari waktu liburnya selalu dihabiskan bersama keluarga. Pilot keren yang saya panggil "Bang Ir" itu memang sangat sayang dan perhatian pada keluarga. Beliau tipe orang rumahan. Di samping sangat peduli dengan lingkungan, ramah dengan sekitarnya, juga sangat ringan tangan. Tidak heran kalau warga di kampung perumahan menunjuk beliau sebagai ketua RT beberapa periode yang juga seorang aktivis masjid.
Saya bersahabat dengan Ida sejak SMA di Madiun tahun 1986. Waktu itu dia masih status berpacaran dengan Bang Ir yang seorang TNI AU berdinas di Iswahyudi. Karena saya sering bermain ke rumah Ida, berangkat dan pulang sekolah selalu bersama, otomatis saya juga sangat mengenal dekat dengan beliau. Orangnya ramah, humoris dan ngemong sekali. Terutama dengan kami yang waktu itu masih ABG. Yang paling saya ingat, setiap ada PR Bahasa Inggris dari sekolah, pasti kami selalu minta Bang Ir yang mengerjakan. Karena sebagai pilot, tidak diragukan lagi kemampuan dan kemahiran bahasa Inggrisnya. Dan sebagai pilot pesawat tempur F-5 andalan TNI AU waktu itu, setiap mau atraksi udara yang disiarkan TVRI selalu minta doa kepada kami yang sudah dianggap adiknya sendiri. Begitu pun ketika tahun 1994 saya mendengar cerita dari Ida bahwa Bang Ir mengajukan pensiun dini dari TNI AU, saya cukup paham alasan beliau. Lalu bergabung menjadi pilot di Merpati, Adam Air, dan terakhir di Air Asia ini.
Saya sangat menyesal sampai saat ini tidak bisa melakukan apa-apa karena masih harus tinggal di Madiun sampai hari Minggu. Nomor hape Ida entah kenapa sudah tidak ada di daftar kontak telepon genggam saya. Sedang rumah kediaman mereka yang di Pondok Jati tidak ada telepon rumah. Saya juga tidak mempunyai satu pun nomor telepon saudara Ida, karena rumah lama di Madiun sudah dihuni orang lain. Beberapa teman sekolah juga tidak satu pun yang pernah berkomunikasi dengan dia. Saya tahu pasti kecemasan dan kesedihan yang dirasakan Ida serta kedua putra putrinya. Semoga sepulang dari Madiun esok hari, saya masih bisa hadir di tengah keluarga mereka dengan kabar yang menggembirakan. Ida, Angel dan Galih sudah bisa berkumpul dengan papa tercinta dalam keadaan sehat.
Bang Ir... Kami yakin Abang adalah pilot yang hebat. Kami yakin Abang mampu mengemudikan pesawat menuju tempat yang tepat. Membawa seluruh penumpang serta kru kembali ke orang-orang yang mencintai dan menyayangi. Yang sedang menunggu dengan harap cemas dan doa tak putus-putusnya.
Untuk Ida sahabatku... Meskipun saya tahu kamu cukup tangguh dan tegar telah mendampingi seorang pilot selama 30 tahun. Tapi beliau yang sudah menjadi bagian dari jiwamu, pasti akan mampu memberi kekuatan dalam setiap keadaan. Kami juga akan selalu ada untuk kamu, Angel dan Galih. Doa seluruh bangsa tidak akan pernah lelah dan selalu memohon tangan Tuhan membantu menunjukkan keberadaan bang Irianto dan semuanya dalam keadaan baik-baik saja.
Aamiin ya robbal alamiin...
Catatan tambahan :
Semoga keluarga bang Ir yang di Sleman - Jogja di beri ketabahan dan kesabaran yang berlipat, karena seminggu yang lalu adik kandung beliau meninggal dunia. Bang Ir masih sempat menghadiri pemakamannya. Tapi waktu selamatan ke 7 harinya, tidak bisa datang karena kesibukannya di akhir tahun ini demikian padat. Sehingga bang Ir hanya pamit lewat telpon pada hari Sabtu malam. Ternyata itulah telpon terakhir beliau . Ketika hari Minggu 28 Desember keluarga mendapat kabar bahwa bang Ir dan bersama penumpang serta kru pesawat Air Asia QZ8501 yang dipilotinya menghilang dan belum bisa diketemukan sampai sekarang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H