Mohon tunggu...
Mbak Avy
Mbak Avy Mohon Tunggu... Penulis - Mom of 3

Kompasianer Surabaya | Alumni Danone Blogger Academy 3 | Jurnalis hariansurabaya.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Mengatur Keuangan Secara Sederhana ala Ibu Rumah Tangga

18 April 2021   05:13 Diperbarui: 18 April 2021   05:37 1399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengatur Keuangan Secara Sederhana Ala Ibu Rumah Tangga  -  Biasanya kalau habis berbuka puasa, mulai nih kepala pusing mikirin menu besok hari. Terus terang saya memang bukan tipe orang yang suka mengatur jadwal menu tiap minggu atau tiap bulan. Tidak hanya di hari-hari biasa. Pas puasa Ramadanpun suka nyari ide dadakan buat bikin menu buka dan sahur. Dengan mengandalkan mbah google, youtube atau akun Instagram seputar kuliner. Apa sih yang sulit dalam mencari informasi di jaman teknologi canggih sekarang ini?

Alhamdulillah banget ya. Jadi emak milenial begini, banyak tugas yang makin enteng dengan mengandalkan internet wkwkwkwk

Tapi apa akibatnya buibuk? 

Belanja jadi nggak terkontrol. Barang yang sebenarnya nggak perlu-perlu banget eh diambil juga, dengan pemikiran "eh pasti nanti kepake". Akhirnya stok menumpuk. Kadang sampai lupa-lupa. Begitu terus berulang-ulang. Yak an buk?

Maaf ini ngomongin saya sendiri ya

Sebagai Menteri Keuangan di negara kecil yang namanya rumah tangga. Seorang ibu, istri merangkap purchasing dan penguasa wilayah domestik. Harusnya memang punya skill dalam mengatur keuangan. Karena, pastilah gaji suami semua diserahkan ke istri. Berlaku juga buat istri yang bekerja ya buk!

Dan semua pasti sudah pada tahu kalau justru pada bulan Ramadan seperti ini pengeluaran bisa menjadi berlipat ganda. Alih-alih pingin berhemat hanya karena puasa. Eh malah budget membengkak. Karena permintaan terhadap kebutuhan jadi meningkat. Biasanya juga diiringi dengan harga barang di pasaran ikutan meroket. Terutama di kala pandemi seperti ini. Gimana nggak tambah pusing. Harga barang meningkat tapi pendapatan tidak sebanding.

Mau tidak mau harus memutar otak untuk mengatur kebutuhan dengan membuat skala prioritas. Meskipun kadang prakteknya memang sulit, tapi tidak ada salahnya untuk di coba.

Karena kalau mengikuti tips dari pakar keuangan itu kadang suka sulit untuk mempraktekkannya (emak-emak males berteori hehehe). Akhirnya saya coba bikin tips sendiri dengan sangat sederhana. Monggo kalau yang baik boleh dicoba. Kalau tidak cocok, jangan dipaksa :) 

  • Mengatur pengeluaran rutin harian. Diawali dengan mengatur pengeluaran rutin harian mulai dari belanja sehari-hari, beli jajanan atau pengeluaran tidak terduga harian. Ketika menerima uang bulanan, biasanya sudah langsung disisihkan untuk pos-pos yang rutin seperti bayar internet, listrik, air, pulsa telpon dan lain-lainnya. Sedangkan belanja sehari-hari seringnya dadakan. Tapi saya selalu budgetkan rutin tiap hari, misalkan belanja harian 100 ribu untuk membeli kebutuhan yang fresh seperti daging, sayuran, buah-buahan sampai jajanan buat buka puasa dan sahur. Ada sisa ya sukur bisa ditabung. Kalau nggak ada, ya nggak papa. Tapi diusahakan tidak melebihi 100 ribu.
  • Dijadwal kalau mau ada acara buka puasa di luar. Meskipun suasana pandemi belum juga berakhir, tapi beberapa resto dan pengusaha makanan sudah banyak yang buka. Meskipun belum tentu setiap minggu ada acara bukber. Tapi untuk mengatasi kebosanan, paling tidak ada jadwal makan di luar bersama keluarga. Sebenarnya bukan berarti itu berhemat, malah kadang budget juga membengkak. Tapi kan nggak tiap hari. Suasana baru kadang juga dibutuhkan untuk mengurangi stress dan kejenuhan karena sering di rumah ketika puasaan.

Karena bukber tetap mengeluarkan dana (dok.pri)
Karena bukber tetap mengeluarkan dana (dok.pri)
  • Sering cari info tentang diskon dan promosi (terutama seputar kebutuhan rumah tangga). Ini salah satu skill dari ibu-ibu jaman milenial (termasuk saya). Sebenarnya dengan banyaknya e-commerce atau aplikasi berbelanja online, itu banyak sekali memberikan keuntungan. Asalkan kita bisa mengontrol diri. Keuntungannya adalah bisa membandingkan harga dari satu toko ke toko yang lain. Beberapa stok barang di rumah, saya beli lewat online. Karena memang lebih murah daripada beli di warung atau minimarket di tempat biasa saya beli. Tentunya barang yang saya beli secara online itu bisa di simpan dalam waktu lama dan memang dibutuhkan. Dan saya selalu mencari yang free ongkos kirim. Tapi kalaupun terpaksa harus beli offline, di warung atau minimarket dekat rumah. Masih bisa cari info harga-harga secara online. Karena semua minimarket sekarang kalau ada promo bisa di cek lewat website masing-masing.
  • Mencari peluang untuk menambah penghasilan. Jaman sekarang kalau mau memulai usaha tidaklah sulit. Pertama, pilihlah usaha yang menjadi passion kita, karena bisa menjadi semangat atau motivasi. Kedua, modal disesuaikan dengan kemampuan. Kalau tidak ada modal, bisa mengguanakan strategi berjualan dengan menjadi perantara di beberapa e-commerce. Jadi kita buka toko online, tapi barang yang kita jual mengambil dari toko lain. Itu sudah banyak banget yang mempraktekkan dan sangat sukses. Kalau pingin tahu lebih jelas, bisa googling kok.
  • Bijak menggunakan kartu kredit atau penawaran online "bayar belakang". Karena sekarang serba online, penawaran pinjaman maupun kredit pun marak sekali secara online. Kalau kita tidak ada penghasilan yang lebih, terutama di masa pandemi yang kadang pemasukan tidak teratur. Lebih baik tidak usah diterima. Kecuali kita merasa bisa mengatur dengan baik dan bijak. Ada juga yang merasa terbantu, karena dananya diputar untuk berdagang atau investasi. Semua kembali ke kita, yang tahu kondisi masing-masing. Karena banyak juga yang terjebak dengan pinjaman online yang bunganya mencekik leher. Belum tukang tagihnya yang super sadis. Ngeri banget kan buk?
  • Jangan lupa sisihkan dana untuk sedekah. Sedekah adalah kewajiban sebagai kaum muslim. Karena dalam rejeki yang kita terima, ada hak orang lain didalamnya. Begitulah pesan ustadz ustadzah ketika mengingatkan kita untuk jangan lupa bersedekah, terutama di bulan Ramadan. Untuk urusan sedekah, infak maupun zakat. Pastinya sudah ada pos sendiri. Dan itu tentunya sudah dibicarakan dengan suami serta keluarga. Yang wajib pasti sudah dipersiapkan jauh-jauh hari. Tapi pastinya banyak juga yang ingin bersedekah sunnah seperti berbagi takjil, menyantuni anak yatim, memberi makan orang miskin dan lain sebagainya. Karena namanya tidak wajib, berarti juga bisa dilaksanakan atau bisa juga tidak. Tergantung dana yang ada. Kadang kita bisa menyisihkan dari uang belanja setiap hari atau kalau ada rejeki mendadak, bisa digunakan untuk bersedekah. Kalau saya sih percaya, sedekah kita adalah sebuah tabungan kebaikan. Alloh SWT akan membalasnya dalam bentuk yang bermacam-macam. Bisa ke kesehatan, keberuntungan, kebahagiaan maupun rejeki yang tidak di sangka-sangka.

Tips dari saya cukup sederhana sekali bukan? Saya memang bukan seorang Financial Planner, mengatur keuangan dengan angka-angka yang menurut saya njlimet. Tapi dengan tips yang sederhana ini, saya yakin bisa mengontrol pengeluaran. Asalkan disiplin dan konsisten. Ingat ya buk...KONSISTEN!!!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun