"Rek, puasa kurang seminggu lagi. Siapa nih yang mau sedekah buat beli takjil?"
Begitulah biasanya ibu ketua Komunitas di Group WA sudah mulai nyolek-nyolek warganya diajak berdonasi untuk membeli takjil yang biasanya dibagi-bagi di pinggir jalan yang ramai dilalui orang pulang kerja.
Tak lama kemudian anggota group yang lain sudah merespon dengan mengajak menyusun menu baik itu yang snack, makanan ringan sampai makanan berat. Disesuaikan dengan budget yang nantinya terkumpul. Juga mendata tempat atau lokasi yang akan dijadikan titik poin bagi-bagi takjil.
Biasanya acara bagi-bagi takjil memang dilakukan di pinggir jalan protokol, dimana banyak orang yang baru pulang kantor lewat menjelang magrib. Seru dan menyenangkan, bisa berbagi dengan orang lain meskipun itu hasil urunan.
Dan memang begitulah kegiatan rutin setiap Ramadan di beberapa komunitas yang saya ikuti. Sudah dijalani selama beberapa tahun. Ada kegembiraan dan semangat yang begitu tinggi ketika menyambut bulan Ramadan tiba. Salah satunya adalah niat berbagi kepada sesama. Dan selalu diwujudkan dengan melibatkan semua anggota yang dilakukan secara gotong royong.
Tapi sejak Ramadan tahun lalu semua jadi berubah. Ya, sejak pandemi muncul di awal tahun 2020 yang lalu, setiap Ramadan jadi terasa sangat berbeda. Apalagi ini adalah Ramadan tahun kedua. Dimana kita tahu, semua kegiatan yang melibatkan banyak orang atau di tempat umum, sangat dibatasi. Bahkan dilarang. Termasuk bagi-bagi takjil yang biasanya dilakukan di pinggir jalan atau di tempat umum.
"Gimana rek kegiatan kita Ramadan tahun ini? Jangan karena alasan pandemi, kita langsung berhenti bersedekah. Yuk tetap berbagi, tapi dengan cara yang lebih aman."Â
Kembali emak ketua komunitas kami menanyakan kepada anggotanya, sebelum Ramadan yang lalu. Sekaligus mencoba mengajak anggota-anggotanya untuk tetap semangat berbagi. Karena dengan kondisi seperti sekarang ini, belum terbayangkan bagaimana cara untuk bisa melakukan kegiatan seperti tahun lalu sebelum pandemi. Karena Ramadan 2020 komunitas kami absen dan vakun dengan segala bentuk kegiatan. Dikarenakan waktu itu memang pandemi juga lagi gawat-gawatnya.
Seperti mendapat siraman semangat, saya dan para anggota yang lainpun langsung merespon. Menyusun daftar makanan, minuman dan tempat yang akan dibagi takjil tersebut. Diskusi pun makin asik dan seru karena kami menggunakan konsep yang baru. Tapi memang bedanya, kali ini tidak dibagi di pinggir jalan. Melainkan disalurkan ke Rumah Yatim Piatu, Rumah Jompo, Masjid atau Mushola. Itu yang paling aman dan nyaman untuk semuanya. Dan semua anggota komunitas pun menyetujui.
Untuk koordinasi memang tetap lewat WA atau Video Conference. Sedangkan tanggung jawab membeli bahan dan membungkus takjil sampai siap untuk didistribusikan, ditunjuk beberapa koordinator. Apalagi kalo lokasi ada di beberapa titik. Tinggal menunjuk koordinator yang rumahnya paling dekat.
Semua jadi lebih mudah dan cepat. Bukan hanya karena ditunjang teknologi yang modern sehingga memudahkan untuk berkomunikasi. Tapi juga dari niat yang tulus untuk tetap bisa melanjutkan tradisi baik dari komunitas, yang sudah bertahun-tahun dilaksanakan.