Sudah lebih dari 5 tahun saya menekuni dunia perbloggeran terutama sebagai penulis di Kompasiana atau disebut juga Kompasianer. Sebenarnya hobi menulis sudah sejak kecil.Â
Dulu sering mengirim tulisan ke majalah Bobo dan Kawanku. Bahkan saya sempat menjadi jurnalis selama 7 tahun (saja). Jadi saya menulis secara otodidak, mengalir begitu saja.
Ketika saya membuat satu komunitas blogger di Surabaya, saya sering meracuni beberapa teman untuk ikut gabung. Tujuan saya adalah memperkenalkan dunia blogger yang ternyata sangat asik dan cukup menjanjikan.Â
Selain itu, saya juga ingin supaya dunia blogger di Surabaya atau Jawa Timur jadi makin semarak. Tapi kebanyakan mereka selalu memberikan jawaban yang klise yaitu "saya nggak bisa menulis".
Kadang jawaban itu cukup menggemaskan. Mengapa hampir semua yang saya tawari bergabung menjadi blogger, jawabannya pasti seperti itu? Seringnya saya abaikan, karena saya juga tidak bisa memberikan solusi. Tapi saya memang menyadari bahwa menulis itu membutuhkan mood yang tinggi dan harus konsisten.Â
Dan itu tergantung dari niat masing-masing. Nggak bisa dipaksakan. Sampai akhirnya saya baru tahu jawaban yang tepat dari pernyataan-pernyataan klise seperti itu.
Mau tahu jawabannya?
TEKNIK MENULIS "TELL STORY WITH DATA" DARI KANG Â PEPIH NUGRAHA
Jadi ingat ungkapan "katakan dengan bunga". Tapi kali ini yang berlaku adalah "katakana dengan data". Dan kedua kalimat tersebut menekankan satu poin penting yang tidak bisa dicuekin begitu saja.
Ketika mengikuti acara Danone Blogger Academy 2019 beberapa waktu yang lalu di Bali, para peserta mendapat pelajaran tentang Teknik Dasar Menulis Untuk Blogger yang materinya dibawakan oleh Pepih Nugraha, seorang mantan wartawan senior Kompas sekaligus CEO Kompasiana. Saya merasa sangat beruntung.Â
Sudah lama kenal beliau, bahkan beberapa kali juga sempat bertemu. Tapi malah belum pernah mendapat kesempatan untuk mencuri ilmu dari kang Pepih, demikian panggilan akrabnya.
Membuka materi yang mengambil tema Tell The Story With Data, kang Pepih menyampaikan bahwa sekarang yang memegang kunci dari satu keberhasilan yang ada di dunia ini adalah yang punya data.Â
Jadi pengertiannya yang punya data adalah yang kaya untuk saat ini. Biasanya orang tidak bisa cerita dengan data. Yang bagus dan tepat adalah sudah punya data dan bisa cerita lagi.
Begitu juga yang dinamakan Jurnalisme Data yaitu tulisan yang disertai dengan data. Tidak hanya sekedar ngawang atau membayangkan saja, tapi tapi harus berdasarkan data. Oleh sebab itu data memgang peranan sangat penting.
Seru juga sih. Karena ketika ke 10 peserta diminta untuk menjelaskan ke depan. Hampir semua cerita tidak ada yang sama. Menurut kang Pepih tidak ada yang salah atau yang benar. Tapi yang jelas, cerita yang kami sampaikan harus disertai data pendukung untuk memperkuat ulasan tersebut.
Sebagai contoh, ada gambar pizza dan hotdog. Data yang diambil dari google menyebutkan bahwa pizza itu lebih popular dari hotdog. Informasi tersebut sangat penting bagi para pedagang, salah satu alasannya karena pizza bisa membuat varian yang ada sosisnya.
- Outside (Luar) : biasanya diambil dari Badan Pusat Statistik (BPS)
- Inside (Dalam) : bisa dari kita sendiri dengan menggunakan bantuan google atau sosial media seperti facebook.
Sedangkan data itu sendiri harus disaring dan ada pembandingnya. Dinamakan Data-driven journalism = a process yaitu data yang di dorong dengan data. Dan harus ada gambar juga untuk melengkapi data.
NEWS VALUE
Terlepas dari data, kang Pepih menyampaikan bahwa menulis itu harus ada nilai beritanya atau news value. Dan kuncinya adalah :
- Penting dan menarik (Important & Interesting)
- Suatu peristiwa atau masalah akan memiliki nilai berita (news value) jika peristiwa atau masalah itu bermakna penting bagi public atau jika peristiwa menarik bagi khalayak.
- Peristiwa atau masalah akan dinilai penting oleh khalayak jika di dalam baik kejadian maupun masalah itu terlibat kepentingan orang banyak.
- Akibat (Consequence)
- Nilai berita dapat dikatakan tinggi atau rendah dengan melihat akibat yang ditimbulkan peristiwa atau masalah yang dijadikan berita.
- Makin langsung akibat itu dirasakan seseorang atau oleh sekelompok orang, makin tinggi nilai berita peristiwa atau masalah itu bagi orang tersebut.
Selain 2 kunci di atas juga harus ada unsur famous, konflik, weird, novelty, destiny, magnitude dan sex.
STORYTELLING
Selanjutnya adalah STORYTELLING yang artinya  adalah menceritakan dan menggambarkan. Yakni menceritakan peristiwa dan menggambarkan kondisi, suasana dan situasi. Beberapa literatur menyebutkan storytelling sebagai narrative atau descriptive. Digabungkan menjadi "narrative-descriptive".
Menurut Christopher Booker - seorang jurnalis  dalam buku The Seven Basic Plots : Why We Tell Stories menjelaskan bahwa bercerita adalah cara komunikasi yang sangat kuat. Dia juga menunjukkan kisah-kisah yang paling dicintai sepanjang sejarah jatuh hanya ke dalam 7 jenis cerita yang berbeda yaitu :
- Overcoming the monster
- Rags to Riches
- Voyage and Return
- The Quest
- Comedy
- Tragedy
- Rebirth
Yang bisa menjadi catatan adalah semua jenis plot ini memiliki pasangan gelap-terang; cerita bisa berakhir bahagia atau cerita berakhir dengan tidak menyenangkan.Â
Pengecualian untuk ini adalah plot Tragedy, yang sudah pasti berakhir gelap. Tapi jika Anda memiliki ide yang cocok di luar 7 kategori ini, atau bahkan menggabungkan beberapa plot, itu bisa saja. Panduan ini sekadar membantu Anda memilih jenis plot yang akan memperkuat pesan Anda.
Penjelasannya mungkin kalian bisa buka link berikut ini : https://en.wikipedia.org/wiki/The_Seven_Basic_Plots
Bisa juga mengembangkan pedoman standar 5W 1H menjadi pendekatan baru yang naratif, mengindikasikan Storytelling tetap berpijak pada fakta, hanya saja cara kerja dan penyampaiannya kepada khalayak pembaca mengambil bentuk narasi.
Capture dari Materi DBA 3
IDE
Untuk bisa menulis, kita harus mempunyai ide. Banyak sekali ide yang bisa dicari. Misalkan :
- Inspirasi dari cerita yang sudah ada missal dari membaca, mengikuti isu yang berkembang, dari nonton TV/film, mendengar musik atau melakukan riset.
- Memanfaatkan pengalaman dengan memulai pertanyaan "bagaimana jika?", juga mengamati orang, mencatat pengalaman, atau berkumpul dengan penulis lain
- Mencari ide dengan bebas seperti memanfaatkan pengantar/sinopsis cerita, asosiasi kata (mind map), membangun cerita dari elemen (people or place) yang dipilih secara acak, berpura-pura mengisahkan cerita kepada orang lain, pikirkan pembaca, ketahui tujuan menulis.
TUJUAN & FUNGSI MEDIA (GOAL & MEDIA FUNCTION)
Di penghujung waktu dalam memberikan materi di kelas, kang Pepih menyampaikan bahwa tulisan yang baik sedikitnya memiliki 1 dari 4 hal berikut ini :
- Mendidik
- Menginformasikan
- Menghibur
- Menginspirasi
Ini kadang prinsip yang tidak banyak diketahui orang. Seperti juga teman-teman yang saya ajak untuk menjadi blogger, tapi dengan alasan tidak bisa menulis. Sepertinya harus belajar bersama kang Pepih dan memahami materi di atas.
Materi yang disampaikan kang Pepih memang cukup padat dan bergizi. Dibawakan dengan santai namun lugas dan jelas. Sayang banget waktunya kurang lama. Padahal peserta masih banyak yang pengen bertanya. Oh ya, untuk lebih jelasnya, kalian bisa simak chanel Youtube di bawah ini ya!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H