Assalamualaikum,
Hai Mentari, apa kabar? Disini aku dalam keadaan sehat wal afiat, aku harap dirimu juga baik-baik saja disana.
Sudah beberapa bulan ini kita tidak pernah bersapa di WhatsApp. Padahal biasanya kamu tidak pernah absen berbagi cerita dan pengalamanmu menjadi motivator lingkungan dari desa ke desa. Aktifitas yang sudah lama kamu jalani serta tekuni dengan sepenuh hati.
Tapi tadi aku melihat berita di televisi, daerah tempat tinggalmu sedang mengalami musibah tanah longsor yang banyak menelan korban. Aku sangat terkejut dan turut bersedih mendengarnya.
Padahal fajar lebaran sudah di depan mata. Tak bisa kubayangkan, kesedihan yang dirasakan para keluarga yang menjadi korban. Menyambut hari raya yang harusnya penuh suka cita, berubah menjadi duka. Bagaimana juga dengan keluargamu? Apakah mereka baik-baik saja?
Hatiku sangat menyesal tidak bisa berbuat apa-apa untuk membantu penderitaanmu juga saudara-saudara kita yang tertimpa musibah. Tanganku tidak bisa merangkulmu untuk meringankan beban yang kalian pikul sekarang. Tapi aku yakin. Kamu pasti mampu menghadapi semua ini. Karena kamu perempuan tangguh yang penuh optimis, bisa melalui apapun rintangan yang menghadang.
Semoga kamu tetap semangat walaupun sementara tinggal di pengungsian. Jaga diri dan keluargamu baik-baik ya! Jangan terus larut dalam kesedihan. Karena semua ini pasti ada hikmahnya. Semoga cepat berlalu dan kembali normal. Tetaplah memberi motivasi seperti yang kamu contohkan selama ini, agar warga memiliki kesadaran untuk tidak menebang pohon secara liar dan sembarangan.
Percayalah, kamu tidak sendiri. Kami disini tidak akan pernah henti menggalang bantuan dan perhatian. Terutama doa, semoga musibah ini segera berlalu. Kalian bisa kembali ke rumah, serta merayakan hari yang Fitri bersama keluarga dengan cuka cita.
Salam hangat dari sahabat yang selalu menyayangimu,
Bulan