Siang itu saya menjemput si bungsu pulang sekolah agak telat dari jam biasanya karena ada les tambahan di sekolah. Jadi saya masih harus menunggu sekitar 15 menit an lagi. Tiba-tiba kerongkongan terasa kering. Saya bergegas menuju toko kecil di depan sekolah. Pengen nyari sesuatu yang segar dan memuaskan dahaga. Pandangan menuju ke lemari pendingin yang berisi segala macam minuman botol, besar – kecil, dengan warna warni menggoda. Saya mengambil 3 minuman kemasan gelas warna hijau dengan merk **ky **lly Drink, mungkin si kecil juga haus. Kebetulan itu salah satu minuman kesukaan Adham, dan saya sering minta sekedar mengincipi. Lumayan segar dan mengenyangkan. Saya juga mengambil kacang atom (dengan merk yang sama) buat mengantisipasi gejolak demo cacing-cacing di perut.
Tanpa waktu yang cukup lama, 1 gelas minuman itu sudah berpindah ke perut. Lalu saya buka bungkus dari kacang atom dan menikmatinya. Iseng-iseng saya sambil mengamati gelas kosong yang isinya sudah berpindah di dalam perut saya dan meninggalkan kesegaran yang memuaskan lidah dan kerongkongan. Padahal tadinya sudah mau saya buang, tapi karena tempat sampahnya jauh jadi batal.
[caption id="attachment_352046" align="aligncenter" width="408" caption="dokumentasi pribadi"][/caption]
[caption id="attachment_352047" align="aligncenter" width="447" caption="dokumentasi pribadi"]
Deeegg.......saya begitu kaget membaca tulisan yang tertera di tutup gelas tersebut. Masih setengah melotot saya memandangi tulisan itu, mengulanginya sampai beberapa kali. Secara spontan saya berpindah pandangan ke bungkus kacang atom yang isinya sudah separuh saya makan. Kembali saya di buat tercekat dengan tulisan dan peringatan yang sama. Persis bahkan...
“Mengandung pemanis buatan, disarankan tidak dikonsumsi oleh anak di bawah 5 (lima tahun), ibu hamil dan ibu menyusui.”
Antara kaget, penasaran dan galau tingkat tinggi – pulangnya saya langsung menyempatkan diri mampir ke Ind*mart. Saya mencoba membeli beberapa produk makanan dan minuman yang sering kami beli terutama ketika bulan ramadhan kemarin. Tapi ada beberapa yang sekilas saya baca untuk sekedar cek dan ricek. Hasilnya memang lebih banyak membuat saya semakin gundah dan bingung. Kenapa sebagian besar produsen besar itu menggunakan bahan pengganti? Meskipun masih tergolong aman, tapi tentunya tidak menyehatkan bagi tubuh kalau mengkonsumsi terus menerus dalam jangka waktu yang lama.
Gundah dan bingung karena kebutuhan hidup kita hampir semuanya tergantung dari produksi pabrik. Meskipun sudah ada peraturan ketat dan larangan-larangan dalam pemakaian bahan buatan, tapi kembali ke effisiensi dan penghematan biaya produksi. Memang dilema. Tapi kita sebagai konsumen juga harus lebih smart, karena kesehatan jauh lebih penting daripada kenikmatan yang hanya sesaat. Kita tidak bisa menyalahkan MUI, BPOM atau pemerintah karena mereka sudah membuat batasan atau peraturan yang masih termasuk melindungi kebutuhan konsumen.
Mungkin saya termasuk orang tua yang lalai dan ceroboh. Hampir jarang menyempatkan diri untuk mengecek secara detail produk makanan yang sering kami beli selama ini. Tapi mulai sekarang, saya tidak mau “tertipu” lagi. Untuk menghindari resiko yang tidak kita inginkan, saya mulai dari diri sendiri untuk lebih tertib dan teliti dalam membeli produk-produk buatan pabrik. Dengan mengumpulkan informasi hasil sharing dengan teman-teman, ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan yaitu :
1.Jangan membeli barang dengan kemasan yang cacat (rusak), meski di iming-iming lebih murah (terutama yang berbahan dari kaleng)
2.Stempel HALAL dari MUI
3.Nomor register dari BPOM
4.Komposisi bahan yang digunakan
5.Peringatan yang tertera di bungkusnya
6.Cek tanggal kadaluarsa
7.Jangan tergiur hadiah (promo)
8.Lebih aman membuat sendiri
Karena kita tidak mungkin meninggalkan kebiasaan untuk membeli kebutuhan dari barang-barang buatan pabrik, maka mulai sekarang harus sedikit mengukur dan mengurangi ketergantungan tersebut. Dan mulai sekarang juga harus lebih teliti sebelum membeli barang-barang kebutuhan kita...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H