Mohon tunggu...
Yulianti
Yulianti Mohon Tunggu... Guru - Guru

Warga Negara Indonesia Asli, yang cinta dengan tanah air Indonesia. Seorang guru SMP Negeri 3 Pseksu, di Kabupaten Lahat, Provinsi Sumatera Selatan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Maafkan Aku Be..

20 Agustus 2011   17:57 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:36 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

“Astaghfirullahal adhzim...” ucapnya berulang kali. Yuli menyadari kesalahannya. Tak fatal, hanya saja cukup membuatnya gelisah.

Kenapa juga harus menemukan surat dari Bebe. Kenapa juga harus menghubunginya. Kenapa juga harus bertemu dengannya. Ah, ini salah. Suara hatinya berbicara.

“Astaghfirullah... kok bisa begini”, lagi-lagi dia menyalahkan diri sendiri. Bebe, orang yang pernah dekat dengannya. Ah, masa lalu. Lagian, hatinya sebenarnya sudah tak ada rasa lagi terhadap Bebe. Belum lagi, kisah Devi dan Bebe yang  fenomenal, dia tak mau terseret dalam romantika dua insan itu. Lama dia merenung tentang semua kejadian seminggu terakhir.

***

InsyaAllah...insya Allah, lantunan Maher Zain mengalun dari hape nya. Telpon dari siapa? Yuli membatin. Bebe. Diangkatnya.

“Assalamualaiikum?” Sapa Yuli.

“Waalaikumsalam. Lagi apa?” Suara di seberang sana

“Lagi siap-siap ke sekolah, ada apa Be?

“Ntar bisa ketemuan?Ada waktu?” Tanya Bebe.

Hm, cukup. Ada yang salah di sini. Yuli tak mau bertemu dengan Bebe lagi. Kondisi telah berbeda.

“ Maaf Be, aku mengajar full hari ini, aku tak ada waktu. Maaf ya...” Tolaknya.

Hening.

“Ya sudah lain kali saja, kalau kamu ada waktu. Sebelum aku berangkat...aku pengen ngobrol sama kamu. Assalamualaiikum...” tutup lelaki itu.

“Waalaikum salam”. jawab Yuli lirih. Maafkan aku Be...

Ya Allah, janganEngkau uji hatiku lagi Ya Allah. Batinnya lagi. Tidak. Dia tak punya hati lagi untuk Bebe. Yuli pun meraih tasnya, dan dengan berteman Mio nya, dia berangkat ke sekolah.

***

Hari-harinya begitu sibuk, sejak masuk Ramdhan, Yuli di tunjuk menjadi ketua kegiatan Ramadhan Ceria, dimana kegiatannya Pesantren Ramadhan, Siswa Bershodaqoh, Lomba Azan, mengaji, sampai ke kegiatan Nuzulul Qur’an.Lupa sudah dia dengan Bebe dan penantiannya. Kegiatan demikegiatan berjalan lancar. Sampai suatu ketika menjelang peringatan Nuzulul Qur’an, Yuli kebingungan mencari ustadz yang akan mengisi hikmah Nuzulul Qur’an. Sudah hampir sepuluh Ustadz yang dia hubungi, namun semua tak bisa, karena sudah penuh jadwal.Dia terbentur. Teringatlah dia pada sosok kang Hikmat, takmir masjid yang suka berkhotbah dan bertausiyah. Bergegas ia ke masjid mencari kang Hikmat.

Sesampai di masjid, ternyata yang dia cari bersiap untuk azan dzuhur.Dengan sabarnya, Yuli pun bersiap ikut sholat Dzuhur berjamah. Dan dengan sabarnya, setelah sholat, dia mengungkapkan maksudnya kepada kang Hikmat. Dan, Alhamdulillah, kang hikmat pun bersedia menjadi penceramah Nuzulur Qur’an

“Terima kasih kang, atas kesediaanya” Yuli pun mohon diri.

Tiba-tiba, kang hikmat berkata,” Dek Yuli, eh Bu Yuli, ada salam.” Yuli terkejut. Waalaikumsalam. Dari siapa kang? Ketika kang Hikmat mau menjawab, hp nya berbunyi, di lihatnya telpon dari Pak Kades.

“Sebentar yah dek Yuli, dari Pak Kades, soal zakat fitrah...” Kang hikmat menjauh. Yuli pun menanti.

DESA RANGKAT menawarkan kesederhanaan cinta untuk anda, datang, bergabung dan berinteraksilah bersama kami

(Klik logo kami)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun