Mendidik, Mengajar dan Melatih untuk menjadikan individu yang berkualitas baik dari segi ahklak maupun intelektualnya adalah tugas pahlawan pendidikan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Sering disebut pahlawan tanpa tanda jasa ,guru adalah menjadi satu satu nya unsur penting dalam masyarakat dalam sektor pendidikan.
Pak Lukas, guru di NTT yang sudah 10 Tahun tidak digaji sepeserpun oleh pemerintah sampai ia menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN), belum juga mendapatkan gaji dan hanya bisa menerima kenyataannya saja, tak hanya beliau saja namun masih banyak lagi kejadian serupa di penjuru tanah air tercinta kita ini. Kondisi kehidupan Pak Lukas maupun guru guru yang senasib pun pastinya juga dalam kondisi tidak baik, bahwa ia akan merasa kesulitan dalam menghidupi kehidupan perekonomiannya.
Masih banyak diluar sana guru guru yang merasa tereksploitasi, Pendidikan di Indonesia diibaratkan sebagai sebuah korporasi dan guru sebagai karyawan atau tenaga kerja, sehingga guru mendapatkan gaji sesuai dengan kinerjanya. Lalu bagaimana dengan kondisi guru di perbatasan,daerah terluar dan terpencil?guru honorer?
Guru yang duhulunya sangat dihormati dan selalu terpandang, yang selalu memiliki tugas yang mulia sudah jarang didengar, yang sekarang hanya sekedar profesi saja adalah hasil dari ketidaksejahteraan para guru di negeri ini.
Penghidupan Guru
Sering kali dilihat kehidupan sehari hari yang minimalis, bagaimana seorang individu bekerja hanya untuk memenuhi kebutuhan ekonomi nya. Kembali lagi bahwa sekarang guru bukan lagi menjadi suatu pekerjaan yang digemari karna berperan mencerdaskan bangsa namun sekarang hanya sebatas profesi demi kebutuhan ekonomi kehidupan saja.
Kemampuan guru untuk memenuhi kebutuhan hidup dan mencukupi kebutuhan ekonominya sebagai seorang guru. Guru memiliki tanggung jawab yang besar dalam mendidik dan mengembangkan siswa, namun seringkali mereka menghadapi tantangan dalam hal finansial.
Penghidupan guru mencakup aspek seperti gaji yang memadai, tunjangan, dan manfaat tambahan lainnya yang dapat menjaga kehidupan mereka secara layak. Guru yang memiliki subsistensi yang baik akan memiliki motivasi yang tinggi dalam melaksanakan tugas mereka dan berkontribusi secara maksimal dalam mencapai tujuan pendidikan.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) memprediksi sekolah di Indonesia kekurangan 1 juta guru setiap tahun sepanjang kurun 2020-2024. Angkanya ditaksir terus meningkat seiring tahun, bisa dikatakan akses dan minat terhadap tenaga pendidik mengalami kemerosotan, mengalami kegagalan, dan mengalami degradasi.
"Karena pembukaan unit sekolah baru, penambahan ruang kelas baru dan pensiun setiap tahun yang tidak diimbangi dengan rekrutmen CPNS," jelas Direktur Pendidikan Profesi dan Pembinaan Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbud, Praptono