Mohon tunggu...
Mbah Lapendos
Mbah Lapendos Mohon Tunggu... -

Sang Perindu-Mu

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Memberi Cinta

2 Juli 2012   19:17 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:19 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Aku yang selalu sakit-sakitan, aku yang lemah, hatiku yang mudah goyah, diriku ku yang tak berkuasa bahkan untuk ku sendiri. Kemudian kau bertanya, masihkah kau mencintaiku dengan keadaanku yang seperti ini? Masihkah kau menungguku dengan cintamu yang suci? Masihkah kau menggantungkan asa untukku?” Itulah yang kau tanya, itulah yang kau duga, itulah yang kau rasa.

Dan ketahuilah bahwa aku lebih memilih menjaga cinta ini. Mengapa begitu? Sebab aku lebih memilih mencintai daripada dicintai. Dicintai memang membuatku merasa senang, tapi mencintai juga membuatku senang. Hanya bedanya saat mencintai aku telah belajar apa itu arti dari ikhlas, karena mencintai mengajarkan sebuah keikhlasan. Akan ku jaga cinta ini sampai kapanpun, walau bagaimanapun dirimu. Walau terkadang lelah ku rasa dan perih ku dapati, aku tak menghiraukan itu. Cinta untuk dia ibarat air yang menyejukkan penghilang lelahku. Cinta untuk dia ibarat kulit baja yang melapisi diriku sebagai pelindung rasa perihku.

Aku merasa telah menjadi dewasa sekarang atas cinta yang kumiliki. Tak seperti dulu saat aku masih asing dengan arti mencintai dan juga dicintai. Setiap kali aku memberi cinta maka aku menuntut menerima cinta. Namun, aku sendiri tak tahu untuk apa cinta itu ku beri dan ku terima. Hampa rasanya. Mengalir begitu saja seperti air dan hanya mengikuti kemana arus akan membawanya. Lama-lama aku bosan, Aku sudahi semuanya.

Kini saat aku menemukanmu. Saat aku merasakan cinta ini. Perasaan yang berbeda. Menggugah pikiran dan hatiku. Membuatku terbang melayang melihat keindahan. Mengajarkanku mengepakkan sayap dengan bebas. Membawaku menari-nari di angkasa luas. Mengulurkan tangan. Senyuman merekah. Ya Allah… Aku jatuh cinta. Aku merasakan cinta. Aku bisa mencintai. Sekali lagi, aku bisa mencintai.

Kepada kamu yang sama sekali tak terduga. Bukan kehendakku, bukan pilihanku. Tapi, hatiku memilihmu. Kamu yang menurutku bukan orang yang hendak ku cintai selama ini. Apalah dayaku, ini sudah tak bisa diubah. Melintas dengan sejenak, namun tak berlalu. Aku mencoba melupakan. Sudah ku coba tapi tetap tak bisa dilupakan. Aku mencoba pura-pura tak tahu, Sudah ku coba tapi tetap tak bisa pura-pura. Aku akan mencoba untuk menjalani perasaan ini. Sejauh mana perasaanku akan membawaku. Aku tak pernah tahu itu. Namun yang ku tahu aku memang mencintaimu, walau apapun kondisimu. Walau siapapun kamu!!.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun